HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Inilah Tokoh Penerima Bakrie Award 2012

Penghargaan Achmad Bakrie Award ke-10 kembali digelar oleh Freedom Institute kemarin malam. Terdapat enam tokoh yang dianggap inspirasiona...

Penghargaan Achmad Bakrie Award ke-10 kembali digelar oleh Freedom Institute kemarin malam. Terdapat enam tokoh yang dianggap inspirasional dan telah berjasa dalam kehidupan intelektual bangsa Indonesia, siapa saja mereka? 

1.Tjia May On di bidang Sains
Tjia May On adalah bagian dari generasi pertama Indonesia yang mendalami fisika partikel elementer, yang telah mengubah pandangan dunia tentang interaksi antar materi alam semesta dan asal-usulnya.

Tjia May On lahir di Probolinggo, Jawa timur 25 Desember 1934, Tia May On merupakan guru besar Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB). Tjia menyelesaikan sarjana Fisika pada 1962 di ITB dan meneruskan ke Northwestern University, Amerika Serikat, hingga Ph.D pada 1969.

Tjia pernah ikut riset di The International Center for Theoritical Physics (ICTP), Trieste, Italia, yang didirikan oleh Fisikawan peraih Nobel, Abdus Salam.

Renungan Tjia atas kondisi obyektif Indonesia saat itu, membuatnya meninggalkan fisika partikel elementer yang memang bergengsi dan menuntut modal besar namun masih cukup jauh manfaat praktisnya. Ia lalu menekuni riset di ranah material fungsional dan berbagai aspeknya sekaligus, yang melambungkan namanya di kancah antarbangsa. Prestasi intelektualnya ia manfaatkan untuk membangun generasi peneliti yang sangat diperhitungkan di Indonesia.

2. Wiratwan Wangsadinata untuk bidang Teknologi
Gubernur legendaris Ali Sadikin menyebut Wiratman Wangsadinata sebagai “motor penggerak pembangunan Jakarta”. Kontribusi besar Wiratman tentu saja tak terbatas hanya di ibukota. Di samping yang tegak menjulang, ia juga menggarap struktur yang melata di permukaan dan yang terhujam ke bumi dan dasar laut, tersebar di berbagai penjuru negeri.

Wiratman lahir di Jakarta, 25 Februari 1935 dan lulus Teknik Sipil ITB pada 1960. Wiratman menjadi profesor di bidang teknik struktur pada 1995 lalu dan saat ini Ia menjadi Profesor Emeritus di Universitas Tarumanegara.

Wiratman Wangsadinata adalah Pendiri dan direktur utama PT. Wiratman & Associates, Multidisciplinary Consultant, yang telah berdiri sejak tahun 1976 dan sampai kini telah terlibat dalam perencanaan dan supervisi ratusan bahkan ribuan proyek-proyek konstruksi dari mulai jembatan, bendungan, jalan dan yang cukup banyak adalah gedung-gedung pencakar langit. 

3. M. Dawam Rahardjo, untuk bidang Pemikiran Sosial
M. Dawam Rahardjo adalah cendekiawan yang memiliki perhatian sangat luas terhadap ilmu-ilmu sosial. Meski latar belakangnya ilmu ekonomi. Dawam lahir di Solo, 20 April 1942, menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) dan pada 1993 Ia diangkat menjadi Guru Besar Ekonomi Pembangunan di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dawam juga menulis tentang filsafat, agama, politik, dan sastra. Sikap yang tegas terhadap isu-isu kebebasan adalah karakter pemikiran Dawam. Tanpa henti ia membela hak-hak minoritas, mengecam kelompok-kelompok agama yang menggunakan kekerasan, sambil mengkritik pemerintah yang kurang sigap melindungi kaum yang tersudut.

Dawam juga tercatat sebagai salah satu ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI). Beberapa karyanya antara lain, Esai-Esai Ekonomi dan Politik (1983), Transformasi Pertanian, Industrialisasi dan Kesempatan Kerja (1985), Perekonomian Indonesia: Pertumbuhan dan Krisis (1986), Perspektif Deklarasi Makkah: Menuju Ekonomi Islam (1993), Etika Bisnis dan Manajemen, Kapitalisme Dulu dan Sekarang (1986), Intelektual, Intelegensia, dan Perilaku Politik Bangsa (1992), dan Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci (1996).

Dawam juga menyerukan pentingnya kebebasan berpikir sebagai sarana mencapai kemajuan suatu bangsa. Baginya, kreativitas dan inovasi manusia tak akan terwujud tanpa adanya kebebasan berpikir.

4. Sultana MH Faradz untuk Bidang Kedokteran
Sultana MH Faradz menonjol sebagai salah seorang pakar Indonesia yang mendalami dan mengembangkan genetika untuk menghadapi sejumlah masalah besar yang mempengaruhi mutu kesehatan, pendidikan, dan layanan masyarakat sebuah bangsa.

Sumbangan ilmiahnya yang paling menonjol adalah pemahaman aspek seluler dan molekuler dari kelambanan intelektual dan kerancuan kelamin, beserta pewarisan genetis dan penanganannya. Sumbangannya tak terbatas pada kajian laboratorium tapi meluas sampai ke pembangunan institusi. 

Sultana yang lahir di Purbalingga, 2 Februari 1952 merupakan lulusan S3 University of New South Wales Sydney, Australia pada 1998 silam. Sultana memprakarsai berdirinya program Magister of Genetic Counseling yang pertama di Asia Tenggara. Program ini telah menghasilkan para konselor genetik dari beberapa daerah di Indonesia.

5. Seno Gumira Ajidarma untuk Bidang KesusastraanSeno Gumira Ajidarma menggunakan logika dongeng untuk menyatakan aneka masalah Indonesia mutakhir. Merapikan pengaruh avantgardisme, ia mencapai kelancaran bercerita dengan bahasa yang tertib dan transparan.

Berbagai cerita pendeknya berwarna politik justru membubuhkan efek pengasingan kepada peristiwa yang sudah dikenali pembaca. Selama tiga dekade, ia membuktikan bahwa sastra jadi bernilai sastra dengan mengaduk kutipan dan bentuk dari berbagai subkultur, termasuk budaya massa. Sambil bersikap main-main, sastra Seno Gumira Ajidarma bekerja secara persuasif mempersoalkan cara kita menggambarkan realitas.

Seno Gumira Ajidarma merupakan sastrawan kelahiran Boston, Amerika Serikat 19 Juni 1958. Beberapa karyanya antara lain adalah Atas Nama Malam, Wisanggeni—Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola Tak Berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan Negeri Senja.

Seno Gumira juga mengeluarkan trilogi buku tentang situasi Timor Timur tempo dulu, antara lain, Saksi Mata, Jazz, Parfum, dan Insiden dan Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara. Dia menolak menerima Bakrie Award karena alasan yang tidak disebutkan.

Dalam suratnya bertanggal 18 Juni 2012 kepada pihak Freedom Institute, Seno menyampaikan bahwa penghargaan itu sebaiknya diberikan kepada orang lain yang dianggap layak, karena dia tidak dapat menerimanya.

Namun, Freedom Institut mengatakan tidak akan menganulir keputusan mereka menetapkan Seno Gumira Ajidarma sebagai penerima penghargaan.

6. Yogi Ahmad Erlangga
Persamaan Helmholtz adalah persamaan krusial yang dulunya sulit diatasi oleh komputer. Perusahaan-perusahaan minyak harus menghitung rumus Helmholtz bahkan hingga ribuan kali, hanya untuk survei di satu daerah.

Yogi membuka jalan untuk mengubah persamaan Helmholtz ini menjadi persamaan linear aljabar biasa, yang lalu bisa dipecahkan dengan metode iterasi. Ini memungkinkan komputer menyelesaikan Persamaan Helmholtz itu lebih efisien. Metode Yogi itu juga dipakai untuk teknologi Blu-Ray, yang membuat keping itu bisa memuat data komputer dalam jumlah yang jauh lebih besar. Metode Yogi dapat diterapkan dalam sejumlah bidang, termasuk juga dalam mempermudah kerja radar di dunia penerbangan.

Yogi lahir di Tasikmalaya, 8 Oktober 1974 dan melalui riset Ph.D-nya, Yogi berhasil memecahkan rumus persamaan Helmholtz, Desember 2005. Padahal dalam 30 tahun terakhir, belum ada yang bisa memecahkan rumus persamaan Helmholtz yang sering digunakan untuk mencari titik lokasi minyak bumi tersebut. VIVA.co.id | Foto: Detik