Rumah bercat coklat muda itu terlihat berbeda dengan rumah lain. Bangunan berlantai dua itu dikelilingi pagar setinggi lebih dari dua mete...
Rumah bercat coklat muda itu terlihat berbeda dengan rumah lain. Bangunan berlantai dua itu dikelilingi pagar setinggi lebih dari dua meter dan dilengkapi gerbang dari besi. Dari luar, tidak tampak kegiatan dalam rumah itu. Lokasinya di Jalan Cenderawasih IX nomor 158 Rt 9/RW 12, Jati Cempaka, Bekasi, Jawa Barat. Itulah kondisi rumah Zulkarnaen Djabar saat merdeka.combertandang ke sana, Senin siang lalu.
Warga sekitar tidak percaya tuan rumah terlibat kasus dugaan suap pengadaan Alquran di Kementerian Agama. Komisi Pemberantasan Korupsi telah menetapkan Zulkarnen dan putranya, Dendy Prasetya sebagai tersangka.
Menurut Kohar, 41 tahun, Zulkarnaen orang baik, sering bersedekah saat hari-hari besar Islam. “Idul Adha kemarin saya dapat amplop Rp 25 ribu dari takmir masjid dan itu pemberian dari Pak Zulkarnaen,” kata satpam Masjid Darul Hikam ini. Kediaman Zulkarnaen sekitar seratus meter dari rumah ibadah itu.
Takmir masjid Darul Hikam, Taufik, mengiyakan. Ia menjelaskan Zulkarnaen sering memberikan sedekah kepada warga sekitar dalam bentuk amplop uang tunai melalui takmir masjid. Namun, setelah tersiarnya kasus itu, sontak masyarakat Jati Cempaka kaget mendengar berita-berita dari media tentang Zulkarnaen. Menurut dia, Zulkarnaen akrab dengan penguryus masjid. Jika kebetulan di rumah, ia akan menyempatkan diri salat di sana.
Kohar menuturkan Zulkarnen baru bermukim di Jati Cempaka terhitung dua tahun. Namun, warga sudah tahu sejak awal Zulkarnaen anggota Dewan Pewakilan Rakyat dari Partai Golongan Karya. Meski begitu, Kohar mnengakui Zulkarnaen jarang di rumah dan tidak begitu aktif kegiatan masyarakat sekitarnya.
Ia mengaku tidak habis pikir kenapa Zulkarnaen dan putranya tega memanipulasi pengadaan Alquran. “Saat muda dulu saya bengal, tapi merinding bila sudah terkait Islam, apalagi Alquran,” katanya sambil menunjukkan bekas tato di lengan kirinya.
Kohar bersama masyarakat tidak ingin membesar-besarkan kasus itu. Mereka khawatir Front Pembela Islam (FPI) mendatangi kampungnya. Dia beralasan biarlah kasus itu diselesaikan lewat jalur hukum. Maka tidak mengherankan, saat merdeka.com menanyakan tentang Zulkarnaen, beberapa warga enggan diajak berbicara dan berkomentar. | Islahudin, Mardeka.com
Warga sekitar tidak percaya tuan rumah terlibat kasus dugaan suap pengadaan Alquran di Kementerian Agama. Komisi Pemberantasan Korupsi telah menetapkan Zulkarnen dan putranya, Dendy Prasetya sebagai tersangka.
Menurut Kohar, 41 tahun, Zulkarnaen orang baik, sering bersedekah saat hari-hari besar Islam. “Idul Adha kemarin saya dapat amplop Rp 25 ribu dari takmir masjid dan itu pemberian dari Pak Zulkarnaen,” kata satpam Masjid Darul Hikam ini. Kediaman Zulkarnaen sekitar seratus meter dari rumah ibadah itu.
Takmir masjid Darul Hikam, Taufik, mengiyakan. Ia menjelaskan Zulkarnaen sering memberikan sedekah kepada warga sekitar dalam bentuk amplop uang tunai melalui takmir masjid. Namun, setelah tersiarnya kasus itu, sontak masyarakat Jati Cempaka kaget mendengar berita-berita dari media tentang Zulkarnaen. Menurut dia, Zulkarnaen akrab dengan penguryus masjid. Jika kebetulan di rumah, ia akan menyempatkan diri salat di sana.
Kohar menuturkan Zulkarnen baru bermukim di Jati Cempaka terhitung dua tahun. Namun, warga sudah tahu sejak awal Zulkarnaen anggota Dewan Pewakilan Rakyat dari Partai Golongan Karya. Meski begitu, Kohar mnengakui Zulkarnaen jarang di rumah dan tidak begitu aktif kegiatan masyarakat sekitarnya.
Ia mengaku tidak habis pikir kenapa Zulkarnaen dan putranya tega memanipulasi pengadaan Alquran. “Saat muda dulu saya bengal, tapi merinding bila sudah terkait Islam, apalagi Alquran,” katanya sambil menunjukkan bekas tato di lengan kirinya.
Kohar bersama masyarakat tidak ingin membesar-besarkan kasus itu. Mereka khawatir Front Pembela Islam (FPI) mendatangi kampungnya. Dia beralasan biarlah kasus itu diselesaikan lewat jalur hukum. Maka tidak mengherankan, saat merdeka.com menanyakan tentang Zulkarnaen, beberapa warga enggan diajak berbicara dan berkomentar. | Islahudin, Mardeka.com