Produksi ikan asin di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, selama Juni 2012 mengalami peningkatan dari 800 kilogram menjadi 1,2 ton/har...
Produksi ikan asin di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi
Aceh, selama Juni 2012 mengalami peningkatan dari 800 kilogram menjadi 1,2
ton/hari, karena pasokan ikan basah melimpah, selama musim kemarau ini.
Indra Jumpa, salah seorang komunitas nelayan di Meulaboh,
Sabtu, menyatakan, sejak musim kemarau dalam tiga pekan terakhir ini hasil
tangkapan ikan basah melimpah, sementara permintaan menurun, sehingga sebagian
dijadikan ikan asin.
"Apabila harga ikan basah turun sebab pasokan melimpah,
maka sotiran ikan yang tidak mampu terjual di pasar, akan diolah menjadi ikan
asin," ujarnya.
Indra yang juga Sekretaris Kelompok Usaha Bersama (KUB) Aceh
Barat ini menjelaskan, yang diolah menjadi ikan asin tersebut didominasi oleh
jenis ikan karang sebab harga jual lebih tinggi dan dibutuhkan pasar Medan,
Sumatera Utara, untuk diekspor.
Katanya, ikan karang basah seperti jenis kakap merah ataupun
kakap hitam harganya Rp25.000 sampai Rp30.000/Kg setelah diolah menjadi ikan asin
bisa terjual seharga Rp35.000/Kg dipasar lokal dan luar Aceh Barat.
Jelas Indra, dalam kondisi melimpahnya pasokan ikan nelayan
para pengusaha pengolah ikan asin lebih mudah memperoleh barang dengan harga
lebih rendah, sebab ikan-ikan yang diolah tersebut sudah tidak ditampung
penjual ikan basah.
"Inisiatif demikian, karena ikan yang memang sudah
tidak bisa dipasarkan dari pada tidak dimamfaatkan, maka lebih baik diolah
apalagi harganya ternyata semakin mahal saat kondisi seperti ini,"
jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan, adapun jenis ikan yang diolah
tersebut seperti kakap, gerapu, jinara, talang, terusan, salam dan remong dapat
dijual rata-rata Rp35.000/Kg di pasar lokal dan Rp32.000/Kg di pasar luar Aceh
seperti Medan.
Katanya, dari 12 pengusaha pengolah ikan asin di pusat pasar
tempat pendaratan ikan (TPI) Ujong Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan, tersebut
sebagiannya juga merupakan kelompok binaan pemerintah dalam KUB di bidang
pemasaran.
Dalam 30 kelompok KUB yang mendapat suntikan dana pemerintah
pusat dalam Program Usaha Masyarakat Pesisir (PUMP) dan dana aspirasi sebagai
upaya meningkatkan ekonomi keluarga dalam tiga bidang yakni pengolahan,
tangkapan nelayan dan pemasaran.
"Ke depan ini juga, saya mendengar akan ada penyaluran
dana dari pemerintah, masing-masing kelompok Rp100 juta, tujuh kelompok dari
PUMP dan tiga kelompok dari dana aspirasi," imbuhnya.
Lanjut Indra Jumpa, kebutuhan ikan asin di wilayah Aceh
Barat masih terbilang mencukupi dengan produksi lokal, namun pasar Aceh Barat
tidak memproduksi ikan jenis pasar Medan, Sumatera Utara, seperti teri,
kembung, talang dan kase yang juga dibutuhkan masyarakat, sehingga harus
memasok ikan asin dari luar.
Sebutnya, jenis ikan tersebut lebih banyak dibutuhkan
masyarakat ketika masih baru belum diolah jadi ikan asin, bahkan dengan harga
saat basah lebih tinggi dibandingkan setelah dilakukan pengolahan.
Akan tetapi untuk jenis ikan karang, pedagang Medan harus memesannya di
Aceh Barat sebagai barang tambahan untuk diekspor keluar dengan harga yang
lebih tinggi dibandingkan pasar lokal.
"Untuk ikan karang ini lebih bagus menjadi komoditas
ekspor, sebab harganya lebih tinggi apalagi hasil tangkapan ikan karang di
wilayah kami lumayan banyak, sehingga mampu dijadikan ikan asin,"
pungkasnya. | Antara-aceh