Pembangunan ruang belajar di SDN Suka Makmur, Kecamatan Kejuruan Muda, Aceh Tamiang, yang terbakar sebulan lalu lamban, padahal DPRK mem...
Pembangunan ruang belajar di SDN Suka Makmur, Kecamatan Kejuruan Muda,
Aceh Tamiang, yang terbakar sebulan lalu lamban, padahal DPRK memberikan
sinyal untuk penggunaan dana tanggap darurat. Akibatnya, murid di
sekolah tersebut terpaksa belajar di tenda.
Ketua DPRK Aceh Tamiang, Ir Rusman yang melihat langsung kondisi proses belajar SDN Suka Makmur, mengaku kesal dengan kerja eksekutif yangt dinilai lamban karena sampai saat ini, jangankan bentuk wujud pembangunan fisik ruang belajar yang baru, proses administrasi penggunaan uang dana tanggap darurat juga belum kelar, padahal musibah tersebut sudah berlangsung sebulan lalu.
Sejak musibah tersebut terjadi seharusnya eksekutif bergerak cepat agar murid SD tersebut tidak merasakan belajar di tenda. Rusman juga melihat langsung proses belajar mengajar dan suasana berada dalam tenda bantuan BPBD Aceh Tamiang yang cukup memprihatinkan. Sebagian murid juga duduk berdesakan dengan suasana panas. Ada juga murid yang belajar diatas lantai, karena tidak ada meja dan kursi.
Mereka sambil tidur dan membungkuk saat menulis. “Suasana di bawah tenda panas tidak nayaman bagi anak-anak dan guru dalam mengajar karena tidak ada meja dan papan tulis,”ujarnya.
Ketua DPRK Aceh Tamiang itu meminta bupati segera mengajukan surat persetujuan penggunaan dana tanggap darurat ke dewan, percepat birokrasi jangan persoalan administrasi saja berlarut sampai satu bulan.
Pihaknya juga berharap tambah Rusman, rekanan yang memenangkan tender pembangunan RKB baru di SDN Suka Makmur agar mempercepat proses pelaksanaan di lapangan walaupun jatah waktu yang diberikan selama tiga bulan.
Kepala SDN Suka Makmur, Tajuddin SPd mengaku murid-muridnya setiap hari kepanasan belajar di tenda. “Saya khawatir anak-anak demam karena susana panas sekali,”ujarnya. Jumlah murid di SDN Suka Makmur sebanyak 306 orang, murid kelas dua dan tiga belajar di lantai menggunakan karpet tanpa meja dan kursi. Murid kelas lima dan enam belajar ditenda. Kelas empat belajar di lokal namuan meja dan kursi tidak mencukupi.
“Ada juga bantuan dari PT Socfindo sebesar Rp 7 juta lebih dipergunakan sebagai uang muka membeli sebagian meja dan kursi murid,” ujarnya. | M. Nasir, Serambinews
Ketua DPRK Aceh Tamiang, Ir Rusman yang melihat langsung kondisi proses belajar SDN Suka Makmur, mengaku kesal dengan kerja eksekutif yangt dinilai lamban karena sampai saat ini, jangankan bentuk wujud pembangunan fisik ruang belajar yang baru, proses administrasi penggunaan uang dana tanggap darurat juga belum kelar, padahal musibah tersebut sudah berlangsung sebulan lalu.
Sejak musibah tersebut terjadi seharusnya eksekutif bergerak cepat agar murid SD tersebut tidak merasakan belajar di tenda. Rusman juga melihat langsung proses belajar mengajar dan suasana berada dalam tenda bantuan BPBD Aceh Tamiang yang cukup memprihatinkan. Sebagian murid juga duduk berdesakan dengan suasana panas. Ada juga murid yang belajar diatas lantai, karena tidak ada meja dan kursi.
Mereka sambil tidur dan membungkuk saat menulis. “Suasana di bawah tenda panas tidak nayaman bagi anak-anak dan guru dalam mengajar karena tidak ada meja dan papan tulis,”ujarnya.
Ketua DPRK Aceh Tamiang itu meminta bupati segera mengajukan surat persetujuan penggunaan dana tanggap darurat ke dewan, percepat birokrasi jangan persoalan administrasi saja berlarut sampai satu bulan.
Pihaknya juga berharap tambah Rusman, rekanan yang memenangkan tender pembangunan RKB baru di SDN Suka Makmur agar mempercepat proses pelaksanaan di lapangan walaupun jatah waktu yang diberikan selama tiga bulan.
Kepala SDN Suka Makmur, Tajuddin SPd mengaku murid-muridnya setiap hari kepanasan belajar di tenda. “Saya khawatir anak-anak demam karena susana panas sekali,”ujarnya. Jumlah murid di SDN Suka Makmur sebanyak 306 orang, murid kelas dua dan tiga belajar di lantai menggunakan karpet tanpa meja dan kursi. Murid kelas lima dan enam belajar ditenda. Kelas empat belajar di lokal namuan meja dan kursi tidak mencukupi.
“Ada juga bantuan dari PT Socfindo sebesar Rp 7 juta lebih dipergunakan sebagai uang muka membeli sebagian meja dan kursi murid,” ujarnya. | M. Nasir, Serambinews