Tak berlebihan bila disebutkan kehadiran Mohammed Mursi sebagai presiden baru Mesir menjadi kabar baik dan harapan untuk rakyat Palesti...
Tak berlebihan bila disebutkan kehadiran Mohammed Mursi
sebagai presiden baru Mesir menjadi kabar baik dan harapan untuk rakyat
Palestina.
Penasihat Aqsa Working Group, Yakhsyallah Mansur, mengatakan
kemenangan Mursi sangat berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan Palestina
berdasarkan faktor sejarah.
"Kalau benar-benar kemenangan ini berasal dari rakyat,
maka Insya Allah kemerdekaan Palestina tidak akan lama lagi," ujar
Yakhsyallah.
Masyarakat Indonesia,
kata Yakhsyallah, akan terus membantu terwujudnya kemerdekaan Palestina.
Hubungan antara Indonesia
dan Palestina sudah terjalin sejak lama.
Mufti Palestina Syekh Muhammad Amin Al Husaini pada 1944
mendukung kemerdekaan Indonesia,
meskipun pada saat itu kemerdekaan belum diproklamirkan.
Syekh Muhammad Amin Al Husaini dalam kapasitasnya sebagai
mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi "Panitia Pusat
Kemerdekaan Indonesia"
dan memberi dukungan penuh.
Oleh karena itu, Indonesia akan memprakarsai
Konferensi Pembebasan Palestina di Bandung pada 4-5 Juli mendatang.
Yakhsyallah menjelaskan konferensi tersebut merupakan bentuk
dukungan masyarakat Indonesia
terhadap kemerdekaan Palestina karena satu-satunya negara peserta Konferensi
Asia Afrika (KAA) yang belum merdeka. "Perjuangan yang dilakukan
bersih dari politik. Ini semata gerakan kemanusian, karena apa yang dilakukan
oleh Israel
tidak manusiawi," katanya.
Dukungan yang diberikan tidak melalui jalan seperti
berperang. Namun, bisa melalui berbagai cara, misalnya, kerja sama pendidikan
dan budaya.
"Kami telah melakukan kerja sama dengan perguruan
tinggi. Ada dua tenaga pengajar Palestina yang
mengajar di tempat kami, dan ada juga mahasiswa Indonesia yang belajar di
Palestina," kata Yakhsyallah menambahkan.
Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz Mehdawi
mengatakan bahwa apa yang terjadi di negaranya adalah jelas-jelas pendudukan
oleh Israel.
Mehdawi mengatakan Palestina sudah mempunyai pemerintahan
sendiri, parlemen, universitas, dan rakyat. "Saya sangat yakin,
kemerdekaan itu semakin dekat dan dalam waktu dekat, rakyat Palestina akan
merayakan kemerdekaannya," kata Dubes Mehdawi.
Merupakan hal yang wajar, kata Mehdawi, jika sebuah
perjuangan untuk kemerdekaan memerlukan waktu. Layaknya Indonesia yang berjuang lebih dari
300 tahun untuk kemerdekaan.
"Apa yang kami inginkan saat ini, adalah bebas dari
pendudukan militer, agar generasi muda bisa ke sekolah dan beribadah dengan
tenang ke Masjid Al Aqsa," kata Mehdawi.
Dia juga berpendapat, masyarakat Palestina memerlukan
dukungan dari rakyat Indonesia.
Tidak dengan memberikan bantuan, namun dengan menggerakkan perekonomian di
negara itu.
"Berbicara itu penting, tapi yang lebih penting adalah
aksi nyata. Misalnya dengan datang ke Palestina untuk berwisata, maka hotel,
restoran, dan kehidupan ekonomi di sana
akan terus menggeliat," ujar Mehdawi.
Palestina adalah satu-satunya dari 106 negara anggota yang
hadir dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang belum merdeka.
Pada tahun lalu, Palestina meraih kemenangan diplomatik
pertama dalam perjuangan memperoleh pengakuan sebagai negara pada saat komite
pelaksana UNESCO mendukung usahanya untuk menjadi anggota.
Pengakuan itu menjadi angin segar bagi rakyat Palestina,
yang merindukan kemerdekaan sejak kependudukan Israel lebih dari 40 tahun yang
lalu. | Republika.co.id