Dalam rangka HUT Kabupaten Aceh Tamiang ke-10 berbagai rangkaian kegiatan dilaksanakan. Selain itu juga digelar stand pameran dari berbag...
Dalam rangka HUT Kabupaten Aceh Tamiang ke-10 berbagai rangkaian kegiatan dilaksanakan. Selain itu juga digelar stand pameran dari berbagai instansi baik pemerintah, BUMN, BUMD maupun Swasta yang dibuka oleh Wakil Gubernur Aceh. Stand pameran itu berlangsung selama satu minggu yang penutupannya hari Sabtu (7/7) mendatang.
Pagelaran stand kali ini, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Tamiang mengangkat tema “Mari kita tingkatkan produksi padi dengan penerapan teknologi”. Yang menariknya, stand tersebut menampilkan miniatur persawahan pengembangan tanaman padi metode pola SRI (System of Rice Intensification).
Stand Dinas Pertanian dan Peternakan tersebut memamerkan berbagai produk pertanian seperti, alat-alat kawin suntik, CGun IB, plastik sheet, plastik glove termos, container N2 cair (alat penyimpanan semen bakuatau disebut dengan bibit kawin suntik), power threser (alat perontok padi), mesin pompa air, pupuk organik, benih jagung, pestisida dan mesin panen terpadu.
Produk peternakan seperti, vaksin hewan (unggas), obat hewan unggas yang terdiri dari vaksin SE, vaksin rabies, vitamin ayam, spuit otomat, NAL (untuk jarum suntik) dan mesin tetas telur digital.
Menurut Ketua Stand Dinas Pertanian dan Peternakan Mustafa, SP diharapkan dengan menampilkan miniatur persawahan metode SRI masyarakat bisa tergugah dengan menerapkannya. Karena prospek dari pengembangan metode SRI, benih yang digunakan sangat minim berkisar antara 5 – 10 kilo perhektar.
“Rata-rata hasil pengembangan metode SRI yang sedang dilaksanakan rumpun batang mencapai 50-80 anakan. Dapat diprediksikan hasil yang akan dicapai sekitar 8 – 8,5 ton gabah kering panen”, sebut Mustafa.
Ketua Kelompok Pelaksana Metode SRI, Musliadi dari kelompok tani Remaja Tani Kampung Sungai Kuruk 1, Seruway, Aceh Tamiang juga telah mengakui dan membuktikan.
“Metode SRI minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai petani. Hanya saja diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemauan untuk bereksperimen. Dalam SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, bukan diperlakukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi. Semua unsur potensi dalam,” ujarnya.
Sementara itu Ketua KTNA Bandar Pusaka M. Hendra Vramenia sangat mendukung program metode SRI dikembangkan di pertanian Aceh Tamiang. Diharapkan kedepan lebih dikembangkan karena sangat menjanjikan dibidang ketahanan pangan khususnya di Aceh Tamiang. | Rico Fahrizal