HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Heningnya Ramadan bagi umat Islam di China

China memang 'rumah' bagi hampir 21 juta orang umat Islam. Angka ini bahkan lebih besar dari Syria dan sedikit di bawah Saudi Ar...


China memang 'rumah' bagi hampir 21 juta orang umat Islam. Angka ini bahkan lebih besar dari Syria dan sedikit di bawah Saudi Arabia. Namun, tampaknya jumlah yang besar ini tak mempengaruhi keadaan mereka di mata negara sekuler ini. Populasi muslim China yang masih tergolong minoritas, terutama orang Uighur, harus menghadapi tantangan untuk menjalani Ramadan di China.
Pada bulan Ramadan tahun lalu, Ananth Krishnan, salah seorang wartawan The Hindu mengunjungi Kashgar, kota tua yang menjadi rumah bagi semua muslim Uighur China di propinsi Xinjiang.
Kashgar telah lama menjadi kediaman masyarakat Uisghur, kelompok etnis muslim dari Turki. Selain itu, tempat ini juga ditinggali oleh kelompok muslim lainnya, seperti Kirgiz, Kazakh, dan muslim Hui.
"Bagi masyarakat Uighur, Ramadan adalah saat yang paling penting dalam setahun," kata Umer (76 tahun), seperti dilansir oleh The Atlantic. "Aku telah berpuasa sejak masih kecil, karena orang tuaku mengatakan bahwa jika kami melakukannya dengan benar setiap hari, kami akan masuk surga."
Namun, tahun 2011 silam, Kashgar menyambut Ramadan dengan keheningan. Bulan suci yang seharusnya membuat mereka bergembira diwarnai oleh kematian 22 orang yang memprotes ketentuan pemerintah China selama bulan Ramadan.
Memang benar bahwa tak ada larangan bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa selama Ramadan. Namun, salah satu media lokal menjelaskan bahwa bagi mereka yang bekerja untuk pemerintah atau perusahaan negara, para pegawai itu disarankan untuk tidak berpuasa, menggunakan peci, atau menumbuhkan jenggot.
Begitu juga dengan orang-orang Islam yang hendak menutup toko atau restoran mereka di siang hari selama puasa. Ini dianggap menyalahi aturan, sehingga mereka akan dikenakan sanksi.
"Keadaannya memang sudah buruk sejak tahun 1993," kata Tursun Ghupur pada LA Times. "Bagi orang biasa, berpuasa tak akan jadi masalah. Anda bisa sholat dan berpuasa selama Ramadan. Namun jika Anda pergi ke sekolah dan bekerja untuk pemerintah, Anda tak boleh bersikap religius."
Saat ini, bulan Ramadan telah semakin dekat. Sementara kita umat muslim di Indonesia bersiap-siap untuk menyambutnya dengan suka cita, saudara sesama muslim di tempat lain, mungkin masih harus berjuang untuk menjalankan ibadah selama bulan Ramadan. |  Kun Sila Ananda, Merdeka.com