Warga Geudong-Geudong, Kota Juang, Bireuen, mengamuk. Mereka membakar rumah Mukhtar Abas (58), di desa tersebut, Sabtu (7/7), sekira pu...
Warga Geudong-Geudong, Kota Juang, Bireuen, mengamuk. Mereka membakar
rumah Mukhtar Abas (58), di desa tersebut, Sabtu (7/7), sekira pukul
01.00 WIB. Massa membakar rumah dimaksud lantaran menduga Mukhtar
sebagai dukun santet.
Pengkal peristiwa itu ketika ratusan warga Geudong-Geudong menggrebek rumah Mukhtar pada Jumat (6/7), sekira pukul 02.00 WIB. Namun, malam itu, Mukhtar cepat diselamatkan aparat Kepolisian Sektor (Polsek) Kota Juang. Usai itu, massa pun membubarkan diri.
Diduga warga tak puas lantaran tak bisa mengamankan Mukhtar. Dalam balutan kekesalan mendalam, dini hari berikutnya, massa kembali mendatangi rumah yang sudah kosong itu. Tanpa dikomando, massa yang tersulut emosi langsung membakar rumah berkonstruksi papan milik Mukhtar.
Beberapa armada pemadam kebakaran yang hendak menujuk ke lokasi dihadang massa. Akhirnya, petugas terpaksa berbalik arah ke markasnya. Akibatnya, rumah Mukhtar beserta isinya rata dengan tanah.
Saat kejadian, Mukhtar bersama istrinya sudah diamankan di Mapolsek Kota Juang. Sementara empat putra dan putri Mukhtar yang sudah dewasa, sudah lama menetap di rumah masing-masing.
Saat kejadian, sejumlah anggota Kepolisian Resor (Polres) Bireuen tiba di lokasi. Petugas berupaya menenangkan massa. Semula, massa bergeming. Tak ada yang mau beranjak dari lokasi kejadian. Namun, mereka berangsur-angsur membubarkan diri.
Sementara Mukhtar bersama istrinya, sejak kemarin pagi telah dipindahkan ke Mapolres Bireuen untuk diamankan.
Wakapolres Bireuen, Kompol W Eko Sulistyo, mengatakan pihaknya masih menyelidiki kasus itu. Sebab, belum ada keterangan saksi-saksi dan petunjuk di lapangan. Sementara Mukhtar yang dituduh sebagai dukun santet, untuk kenyamanan diamankan di Mapolres.
“Kami belum tahu apa motif di balik pembakaran rumah itu. Informasi yang kami terima dari anggota (polisi), selama ini Mukhtar berperilaku aneh. Masyarakat resah dan tidak nyaman,” ujar Eko.
Ia mengimbau masyarakat tidak main hakim sendiri. “Jika menemukan warga bersikap aneh segera lapor ke penegak hukum. Kalau main hakim sendiri sama dengan melawan hukum,” tegasnya.
Sementara Mukhtar mengaku bukan dukun. Selama ini, ia hanya mengobati orang sakit seperti rematik, asam urat, dan keluhan lain. “Saya selama ini akur-akur saja dengan masyarakat. Ada orang yang tidak suka sama saya sehingga menuduh saya yang tidak-tidak,” ungkap Mukhtar didampingi istrinya. | Serambinews
Pengkal peristiwa itu ketika ratusan warga Geudong-Geudong menggrebek rumah Mukhtar pada Jumat (6/7), sekira pukul 02.00 WIB. Namun, malam itu, Mukhtar cepat diselamatkan aparat Kepolisian Sektor (Polsek) Kota Juang. Usai itu, massa pun membubarkan diri.
Diduga warga tak puas lantaran tak bisa mengamankan Mukhtar. Dalam balutan kekesalan mendalam, dini hari berikutnya, massa kembali mendatangi rumah yang sudah kosong itu. Tanpa dikomando, massa yang tersulut emosi langsung membakar rumah berkonstruksi papan milik Mukhtar.
Beberapa armada pemadam kebakaran yang hendak menujuk ke lokasi dihadang massa. Akhirnya, petugas terpaksa berbalik arah ke markasnya. Akibatnya, rumah Mukhtar beserta isinya rata dengan tanah.
Saat kejadian, Mukhtar bersama istrinya sudah diamankan di Mapolsek Kota Juang. Sementara empat putra dan putri Mukhtar yang sudah dewasa, sudah lama menetap di rumah masing-masing.
Saat kejadian, sejumlah anggota Kepolisian Resor (Polres) Bireuen tiba di lokasi. Petugas berupaya menenangkan massa. Semula, massa bergeming. Tak ada yang mau beranjak dari lokasi kejadian. Namun, mereka berangsur-angsur membubarkan diri.
Sementara Mukhtar bersama istrinya, sejak kemarin pagi telah dipindahkan ke Mapolres Bireuen untuk diamankan.
Wakapolres Bireuen, Kompol W Eko Sulistyo, mengatakan pihaknya masih menyelidiki kasus itu. Sebab, belum ada keterangan saksi-saksi dan petunjuk di lapangan. Sementara Mukhtar yang dituduh sebagai dukun santet, untuk kenyamanan diamankan di Mapolres.
“Kami belum tahu apa motif di balik pembakaran rumah itu. Informasi yang kami terima dari anggota (polisi), selama ini Mukhtar berperilaku aneh. Masyarakat resah dan tidak nyaman,” ujar Eko.
Ia mengimbau masyarakat tidak main hakim sendiri. “Jika menemukan warga bersikap aneh segera lapor ke penegak hukum. Kalau main hakim sendiri sama dengan melawan hukum,” tegasnya.
Sementara Mukhtar mengaku bukan dukun. Selama ini, ia hanya mengobati orang sakit seperti rematik, asam urat, dan keluhan lain. “Saya selama ini akur-akur saja dengan masyarakat. Ada orang yang tidak suka sama saya sehingga menuduh saya yang tidak-tidak,” ungkap Mukhtar didampingi istrinya. | Serambinews