Indonesia memiliki ragam etnis dengan adat dan budaya yang berbeda. Hal ini sebenarnya sudah ditunjukkan sejak Indonesia dulu masih dis...
Indonesia
memiliki ragam etnis dengan adat dan budaya yang berbeda. Hal ini sebenarnya
sudah ditunjukkan sejak Indonesia
dulu masih disebut dengan Nusantara, yang terdiri dari banyak kerajaan atau
kesultanan yang tersebar di seluruh wilayah. Namun, di masa kini, adat dan
budaya kerajaan atau kesultanan yang ada di Indonesia perlahan mulai
ditinggalkan oleh bangsanya sendiri. Oleh sebab itu, pelestarian adat dan
budaya, terutama usaha mengingat kembali keberadaan kerajaan atau kesultanan,
di masa globalisasi ini, perlu ditunjukkan kembali kepada bangsa mengingat
besarnya peranan leluhur yang sejak dulu ikut mempertahankan kesatuan Indonesia.
Hal ini dibenarkan Walikota Medan Drs H Rahudman Harahap MM,
nenjawab Analisa, usai Silaturahmi dan Seminar Nasional Ketiga Raja dan Sultan
Se-Nusantara Sabtu (7/7) di Balai Rung Istana Maimoon Jalan Brigjen Katamso.
Rahudman mengatakan, kemajuan zaman yang terus berkembang, generai harus
memahami adat dan budayanya sendiri agar tidak mudah terpengaruh budaya asing.
Dikatakannya, pemerintah, dalam hal ini, juga mengambil peranannya dengan terus melakukan sosialisasi dalam konteks pelestarian budaya dengan berbagai cara, di antaranya pemecahan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) kirab balai Melayu terbanyak sekitar 2012 balai yang akan dilaksanakan Minggu 8 Juli.
Kegiatan Rutin
Sementara mengenai kedatangan sekitar 15 raja atau sultan di Medan, Sekretaris Jenderal Forum Komunikasi Informasi Keraton Nusantara (FKIKN) Gusti Kanjeng Ratu Kusmutiah Wandasari atau GR Ayu Kusmurtiah membenarkan hal tersebut merupakan kegiatan rutin sejak FKIKN terbentuk 6 Juli 1995 berdasarkan lima kriteria tertentu.
" Lima kriteria itu yakni wujud keraton atau kerajaan masih terlihat, rajanya masih ada, berjalannya adat istiadat, masih terselanggaranya upacara adat, serta keberadaan pusaka," ungkapnya menjelaskan. Oleh sebab itu, katanya lagi, FKIKN akan melakukan upaya secara berkelanjutan guna melestarikan adat budaya Indonesia tentunya dengan koordinasi dari seluruh perangkat pemerintah.
Mulai Dilupakan
Dia juga menuturkan, sebagai salah satu anggota Keratonan Surakarta, keberadaan kerajaan sebagai leluhur bangsa dan pemersatu nusantara sudah mulai dilupakan oleh bangsa kita sendiri. Padahal katanya, di masa lalu, kerajaan atau kesultanan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia inilah yang memiliki kekuasaan penuh nusantara, sebelum berganti nama Indonesia.
Oleh sebab itu, lanjutnya, penting untuk masyarakat bisa mengakui keberadaan adat dan budaya yang sudah ada bahkan sebelum Indonesia Merdeka di tahun 1945. Pemerintah juga harus memegang andil melestarikan keberadaan adat dan budaya dari kerajaan dan kesultanan maupun keraton yang masih ada di banyak daerah yang juga turut hadir dalam Silaturahmi Raja dan Sultan, di antaranya Kesepuhan Cirebon PRA Arief Natadiningrat, Kesultanan Banten TB Ismetullah Al-Abbas, Keraton Kanoman Cirebon Sultan Muham mad Saladin, Kesultanan Palembang Sultan Iskandar, Kesultanan Buton Sulawesi Tenggara Laode Rasyid Manarfa, Kesultanan Bulungan Kalimantan Timur Datu Abdul Hamid.
Semantara, untuk tuan rumah Festival Keraton di tahun ini, dia mengungkapkan Kasultanan Buton di Bau-Ba akan menjadi tuan rumah Festival Keraton Kedelapan tanggal 1-4 September mendatang. "Dan di tahun 2014, Ternate sudah mulai mengajukan menjadi tuan rumah Festival Keraton kesembilan dan kita akan melakukan Pleno untuk memutuskannya" ungkapnya menambahkan. | Analisadaily
Dikatakannya, pemerintah, dalam hal ini, juga mengambil peranannya dengan terus melakukan sosialisasi dalam konteks pelestarian budaya dengan berbagai cara, di antaranya pemecahan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) kirab balai Melayu terbanyak sekitar 2012 balai yang akan dilaksanakan Minggu 8 Juli.
Kegiatan Rutin
Sementara mengenai kedatangan sekitar 15 raja atau sultan di Medan, Sekretaris Jenderal Forum Komunikasi Informasi Keraton Nusantara (FKIKN) Gusti Kanjeng Ratu Kusmutiah Wandasari atau GR Ayu Kusmurtiah membenarkan hal tersebut merupakan kegiatan rutin sejak FKIKN terbentuk 6 Juli 1995 berdasarkan lima kriteria tertentu.
" Lima kriteria itu yakni wujud keraton atau kerajaan masih terlihat, rajanya masih ada, berjalannya adat istiadat, masih terselanggaranya upacara adat, serta keberadaan pusaka," ungkapnya menjelaskan. Oleh sebab itu, katanya lagi, FKIKN akan melakukan upaya secara berkelanjutan guna melestarikan adat budaya Indonesia tentunya dengan koordinasi dari seluruh perangkat pemerintah.
Mulai Dilupakan
Dia juga menuturkan, sebagai salah satu anggota Keratonan Surakarta, keberadaan kerajaan sebagai leluhur bangsa dan pemersatu nusantara sudah mulai dilupakan oleh bangsa kita sendiri. Padahal katanya, di masa lalu, kerajaan atau kesultanan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia inilah yang memiliki kekuasaan penuh nusantara, sebelum berganti nama Indonesia.
Oleh sebab itu, lanjutnya, penting untuk masyarakat bisa mengakui keberadaan adat dan budaya yang sudah ada bahkan sebelum Indonesia Merdeka di tahun 1945. Pemerintah juga harus memegang andil melestarikan keberadaan adat dan budaya dari kerajaan dan kesultanan maupun keraton yang masih ada di banyak daerah yang juga turut hadir dalam Silaturahmi Raja dan Sultan, di antaranya Kesepuhan Cirebon PRA Arief Natadiningrat, Kesultanan Banten TB Ismetullah Al-Abbas, Keraton Kanoman Cirebon Sultan Muham mad Saladin, Kesultanan Palembang Sultan Iskandar, Kesultanan Buton Sulawesi Tenggara Laode Rasyid Manarfa, Kesultanan Bulungan Kalimantan Timur Datu Abdul Hamid.
Semantara, untuk tuan rumah Festival Keraton di tahun ini, dia mengungkapkan Kasultanan Buton di Bau-Ba akan menjadi tuan rumah Festival Keraton Kedelapan tanggal 1-4 September mendatang. "Dan di tahun 2014, Ternate sudah mulai mengajukan menjadi tuan rumah Festival Keraton kesembilan dan kita akan melakukan Pleno untuk memutuskannya" ungkapnya menambahkan. | Analisadaily