Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini merilis data penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia. Penurunan data ini juga terjadi di Ace...
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini merilis data penurunan
jumlah penduduk miskin di Indonesia.
Penurunan data ini juga terjadi di Aceh dan Sumatera Utara.
BPS Aceh menyatakan 909 ribu orang di provinsi itu atau 19,46 persen adalah penduduk miskin. Angka ini diklaim menurun 0,11 persen dibandingkan posisi Maret 2011.
BPS Aceh menyatakan 909 ribu orang di provinsi itu atau 19,46 persen adalah penduduk miskin. Angka ini diklaim menurun 0,11 persen dibandingkan posisi Maret 2011.
Plh Kepala BPS Aceh, Abdul Hakim mengatakan, secara
jumlah angka kemiskinan memang meningkat, karena naiknya jumlah penduduk Aceh,
namun secara persentasi angkanya menurun. Pada Maret 2011 jumlah warga miskin
di Aceh adalah 894 ribu orang, sedangkan pada Maret 2012 jumlahnya mencapai 909
ribu orang.
"Dibandingkan dengan persentase penduduk miskin pada Maret 2011 yaitu 19,57 persen, berarti penduduk miskin turun sebesar 0,11 persen," katanya, hari ini.
BPS menjelaskan, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan di Aceh hingga Maret 2012 turun 0,62 persen dibanding tahun lalu, yaitu dari 176 ribu orang pada Maret 2011 menjadi 171 ribu orang. Sementara di pedesaan penduduk miskin naik 0,10 persen dari 718 ribu pada Maret 2011 menjadi 737 ribu pada Maret tahun ini.
Menurut Abdul Hakim, ini disebabkan adanya perubahan pada pertumbuhan ekonomi, indeks harga konsumen, tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 7,87 persen dan Nilai Tukar Petani yang flukfuatif.
Masih tingginya tingkat kemiskinan di Aceh akibat naiknya garis kemiskinan. Selama periode Maret 2011-Maret 2012 garis kemiskinan di provinsi itu naik 5,37 persen yaitu dari Rp303.692 per kapita per Maret 2011 menjadi Rp320.013 per kapita per Maret 2012.
Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinan naik 5,07 persen dari Rp333.355 per kapita per Maret 2011 menjadi Rp350.260 per kapita hingga Maret 2012. Di pedesaan naik 5,50 persen yaitu dari Rp292.085 per kapita menjadi Rp308.162 persen per kapita pada Maret 2012.
Abdul Hakim mengatakan beras, rokok, tongkol, gula pasir dan telur ayam ras merupakan komoditas paling penting bagi penduduk miskin di Aceh. Untuk komoditas bukan bahan makanan yang paling penting bagi penduduk miskin adalah perumahan, pendidikan, listrik, bensing dan angkutan.
"Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga sekaligus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan," ujar Abdul Hakim.
Menurutnya indeks kedalaman kemiskinan Aceh bergeser dari 3,495 pada Maret 2011 menjadi 3,548 pada Maret 2012, sedangkan indeks keparahan kemiskinannya bergeser dari 0,940 menjadi 0,994. Terjadi peningkatan sebesar 0,05 point.
"Besarnya kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan, serta ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga mengecil," sebut Abdul Hakim
Sementara itu, BPS Sumut, mengklaim terjadinya penurunan jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara sebanyak 74.100 orang. Dimana penurunan jumlah penduduk miskin tertinggi, terjadi di wilayah pedesaan.
Kepala BPS Sumut, Suharno, mengatakan, berdasarkan hasil survei ekonomi nasional (susenas) pada Maret lalu, jumlah penduduk Miskin di Sumut telah mencapai 1.407.200 orang, atau 10,67 persen terhadap jumlah total penduduk. Kondisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2011 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.481.300 orang atau 11,33 persen dari total jumlah penduduk.
“Dengan berkurangnya 74.100 orang warga miskin, maka penurunan persentase penduduk miskin sebesar 0,66 point. Penurunan angka kemiskinan ini, didorong oleh inflasi umum yang relatif rendah di angka 3,86 persen. Apalagi perekonomian sumatera utara hingga triwulan pertama 2012 menunjukkan pergerakan yang positif. Begitupula dengan indeks tendensi konsumen yang meningkat dan pengangguran yang menurun,” ungkapnya, hari ini.
Suharno menambahkan, penurunan angka kemiskinan terbesar di Sumut terjadi di wilayah pedesaan. Tercatat pada Maret jumlah orang miskin di pedesaan Sumatera Utara sebanyak 738 ribu orang, menurun dari Maret 2011 lalu yang mencapai 790.200 orang.
Jumlah penduduk miskin sumut di perkotaan sebanyak 669.200 orang dan di daerah perdesaan sebanyak 738.000 orang. Jika dibandingkan dengan penduduk yang tinggal pada masing-masing daerah tersebut, maka persentase penduduk miskin di daerah perkotaan sebesar 10,32 persen, sedangkan di daerah perdesaan sebesar 11,01 persen,” tambahnya
Suharno menambahkan, kemiskinan bukan hanya sekedar jumlah dan persentase penduduk miskin, namun juga seberapa dalam kemiskinan masyarakat itu sendiri. Tercatat, indeks kemiskinan pada Maret 2012 sebesar 0,34 persen menurun dibandingkan Maret tahun lalu yang mencapai 1,84 persen.
Menurutnya, Pada Maret 2012 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan untuk perkotaan sebesar 1,65 sementara di perdesaan 1,46 dan Indeks Keparahan Kemiskinan untuk perkotaan sebesar 0,38 sedangkan di perdesaan hanya 0,30.
"Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di perkotaan lebih jauh dari garis kemiskinan dibanding perdesaan, begitu juga tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin di perkotaan lebih lebar dibanding perdesaan,” tukas dia.
Sekadar informasi, pada Maret 2012 garis kemiskinan Sumatera Utara sebesar Rp262.102 per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinannya sebesar Rp286.649 per kapita per bulan, dan untuk daerah perdesaan sebesar Rp238.368 per kapita per bulan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah masyarakat miskin pada Maret 2012 mencapai 29,12 juta orang atau 11,96 persen dari total penduduk Indonesia saat ini. Angka itu turun dibanding Maret 2011 yang mencapai 30,02 juta orang (12,4 persen).
Dari seluruh daerah, pengurangan kemiskinan paling banyak terjadi di Pulau Jawa. Alasannya, karena jumlah penduduknya paling banyak.
Per Maret 2012, jumlah penduduk miskin di Jawa tercatat 16,1 juta orang, Sumatera 6,3 juta orang, Sulawesi 2,09 juta orang, Bali dan Nusa Tenggara 2,03 juta orang, dan Kalimantan 954,57 ribu orang. | Waspada
"Dibandingkan dengan persentase penduduk miskin pada Maret 2011 yaitu 19,57 persen, berarti penduduk miskin turun sebesar 0,11 persen," katanya, hari ini.
BPS menjelaskan, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan di Aceh hingga Maret 2012 turun 0,62 persen dibanding tahun lalu, yaitu dari 176 ribu orang pada Maret 2011 menjadi 171 ribu orang. Sementara di pedesaan penduduk miskin naik 0,10 persen dari 718 ribu pada Maret 2011 menjadi 737 ribu pada Maret tahun ini.
Menurut Abdul Hakim, ini disebabkan adanya perubahan pada pertumbuhan ekonomi, indeks harga konsumen, tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 7,87 persen dan Nilai Tukar Petani yang flukfuatif.
Masih tingginya tingkat kemiskinan di Aceh akibat naiknya garis kemiskinan. Selama periode Maret 2011-Maret 2012 garis kemiskinan di provinsi itu naik 5,37 persen yaitu dari Rp303.692 per kapita per Maret 2011 menjadi Rp320.013 per kapita per Maret 2012.
Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinan naik 5,07 persen dari Rp333.355 per kapita per Maret 2011 menjadi Rp350.260 per kapita hingga Maret 2012. Di pedesaan naik 5,50 persen yaitu dari Rp292.085 per kapita menjadi Rp308.162 persen per kapita pada Maret 2012.
Abdul Hakim mengatakan beras, rokok, tongkol, gula pasir dan telur ayam ras merupakan komoditas paling penting bagi penduduk miskin di Aceh. Untuk komoditas bukan bahan makanan yang paling penting bagi penduduk miskin adalah perumahan, pendidikan, listrik, bensing dan angkutan.
"Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga sekaligus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan," ujar Abdul Hakim.
Menurutnya indeks kedalaman kemiskinan Aceh bergeser dari 3,495 pada Maret 2011 menjadi 3,548 pada Maret 2012, sedangkan indeks keparahan kemiskinannya bergeser dari 0,940 menjadi 0,994. Terjadi peningkatan sebesar 0,05 point.
"Besarnya kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan, serta ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga mengecil," sebut Abdul Hakim
Sementara itu, BPS Sumut, mengklaim terjadinya penurunan jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara sebanyak 74.100 orang. Dimana penurunan jumlah penduduk miskin tertinggi, terjadi di wilayah pedesaan.
Kepala BPS Sumut, Suharno, mengatakan, berdasarkan hasil survei ekonomi nasional (susenas) pada Maret lalu, jumlah penduduk Miskin di Sumut telah mencapai 1.407.200 orang, atau 10,67 persen terhadap jumlah total penduduk. Kondisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2011 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.481.300 orang atau 11,33 persen dari total jumlah penduduk.
“Dengan berkurangnya 74.100 orang warga miskin, maka penurunan persentase penduduk miskin sebesar 0,66 point. Penurunan angka kemiskinan ini, didorong oleh inflasi umum yang relatif rendah di angka 3,86 persen. Apalagi perekonomian sumatera utara hingga triwulan pertama 2012 menunjukkan pergerakan yang positif. Begitupula dengan indeks tendensi konsumen yang meningkat dan pengangguran yang menurun,” ungkapnya, hari ini.
Suharno menambahkan, penurunan angka kemiskinan terbesar di Sumut terjadi di wilayah pedesaan. Tercatat pada Maret jumlah orang miskin di pedesaan Sumatera Utara sebanyak 738 ribu orang, menurun dari Maret 2011 lalu yang mencapai 790.200 orang.
Jumlah penduduk miskin sumut di perkotaan sebanyak 669.200 orang dan di daerah perdesaan sebanyak 738.000 orang. Jika dibandingkan dengan penduduk yang tinggal pada masing-masing daerah tersebut, maka persentase penduduk miskin di daerah perkotaan sebesar 10,32 persen, sedangkan di daerah perdesaan sebesar 11,01 persen,” tambahnya
Suharno menambahkan, kemiskinan bukan hanya sekedar jumlah dan persentase penduduk miskin, namun juga seberapa dalam kemiskinan masyarakat itu sendiri. Tercatat, indeks kemiskinan pada Maret 2012 sebesar 0,34 persen menurun dibandingkan Maret tahun lalu yang mencapai 1,84 persen.
Menurutnya, Pada Maret 2012 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan untuk perkotaan sebesar 1,65 sementara di perdesaan 1,46 dan Indeks Keparahan Kemiskinan untuk perkotaan sebesar 0,38 sedangkan di perdesaan hanya 0,30.
"Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di perkotaan lebih jauh dari garis kemiskinan dibanding perdesaan, begitu juga tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin di perkotaan lebih lebar dibanding perdesaan,” tukas dia.
Sekadar informasi, pada Maret 2012 garis kemiskinan Sumatera Utara sebesar Rp262.102 per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinannya sebesar Rp286.649 per kapita per bulan, dan untuk daerah perdesaan sebesar Rp238.368 per kapita per bulan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah masyarakat miskin pada Maret 2012 mencapai 29,12 juta orang atau 11,96 persen dari total penduduk Indonesia saat ini. Angka itu turun dibanding Maret 2011 yang mencapai 30,02 juta orang (12,4 persen).
Dari seluruh daerah, pengurangan kemiskinan paling banyak terjadi di Pulau Jawa. Alasannya, karena jumlah penduduknya paling banyak.
Per Maret 2012, jumlah penduduk miskin di Jawa tercatat 16,1 juta orang, Sumatera 6,3 juta orang, Sulawesi 2,09 juta orang, Bali dan Nusa Tenggara 2,03 juta orang, dan Kalimantan 954,57 ribu orang. | Waspada