Pengusaha kelapa sawit di Indonesia saat ini mengaku kesulitan untuk memperluas lahan usahanya. Pertama akibat kebijakan moratorium, da...
Pengusaha kelapa sawit di Indonesia saat ini mengaku
kesulitan untuk memperluas lahan usahanya. Pertama akibat kebijakan moratorium,
dan kedua karena 20% lahan sawit sudah dikuasai penguasaha Malaysia.
Direktur Utama Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Fadhil Hasan mengatakan, luas lahan yang terbatas ini membuat industri sawit Indonesia belum bisa mengalahkan Malaysia. Belum lagi iklim investasi sawit di Malaysia lebih bagus.
"Kita tidak bisa mengembangkan industri tanpa ada perluasan area, memang ada lahan kita yang dikuasai Malaysia, cukup signifikan," tutur Fadhil di Lembang, Jawa Barat, Minggu (30/6/12).
Fadhil mengatakan, saat ini industri kelapa sawit di Indonesia kalah dari Malaysia, karena kebijakan pemerintah Malaysia kondusif bagi iklim industri kelapa sawit ketimbang Inodnesia.
"Malaysia industri kelapa sawitnya lebih berkembang daripada kita. Itu hasil dari konsistensi kebijakan pemerintahnya. Mereka lebih awal mengembangkan, memiliki kebijakan yang lebih baik. Komitmen pemerintah juga lebih kuat. Dan iklim investasi kita kurang kondusif," paparnya.
Di tempat yang sama Kepala Kompartemen Komunikasi GAPKI Tofan Mahdi mengatakan, dari 7,5 Juta hektar lahan sawit di Indonesia, sekitar 20% telah dikuasai oleh perusahaan Malaysia.
"Iya mungkin 20% ada, terkait dengan aturan investasi, kita tidak bisa melarang perusahaan Malaysia untuk berinvestasi di sini," katanya.
Selain itu, alasan para pelaku industri sawit sulit untuk mengembangkan usahanya adalah karena adanya kebijakan aturan moratorium, jadi hutan-hutan yang ada tidak bisa dijadikan lahan industri lagi termasuk kelapa sawit.
"Kebijakan moratorium itu 2 tahun, kita berharap ini tidak diperpanjang," tutup Tofan. | Zulfi Suhendra, Detik.com
Direktur Utama Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Fadhil Hasan mengatakan, luas lahan yang terbatas ini membuat industri sawit Indonesia belum bisa mengalahkan Malaysia. Belum lagi iklim investasi sawit di Malaysia lebih bagus.
"Kita tidak bisa mengembangkan industri tanpa ada perluasan area, memang ada lahan kita yang dikuasai Malaysia, cukup signifikan," tutur Fadhil di Lembang, Jawa Barat, Minggu (30/6/12).
Fadhil mengatakan, saat ini industri kelapa sawit di Indonesia kalah dari Malaysia, karena kebijakan pemerintah Malaysia kondusif bagi iklim industri kelapa sawit ketimbang Inodnesia.
"Malaysia industri kelapa sawitnya lebih berkembang daripada kita. Itu hasil dari konsistensi kebijakan pemerintahnya. Mereka lebih awal mengembangkan, memiliki kebijakan yang lebih baik. Komitmen pemerintah juga lebih kuat. Dan iklim investasi kita kurang kondusif," paparnya.
Di tempat yang sama Kepala Kompartemen Komunikasi GAPKI Tofan Mahdi mengatakan, dari 7,5 Juta hektar lahan sawit di Indonesia, sekitar 20% telah dikuasai oleh perusahaan Malaysia.
"Iya mungkin 20% ada, terkait dengan aturan investasi, kita tidak bisa melarang perusahaan Malaysia untuk berinvestasi di sini," katanya.
Selain itu, alasan para pelaku industri sawit sulit untuk mengembangkan usahanya adalah karena adanya kebijakan aturan moratorium, jadi hutan-hutan yang ada tidak bisa dijadikan lahan industri lagi termasuk kelapa sawit.
"Kebijakan moratorium itu 2 tahun, kita berharap ini tidak diperpanjang," tutup Tofan. | Zulfi Suhendra, Detik.com