Banjir yang menerjang empat desa di Kecamatan Bukit Tusam, Kabupaten Aceh Tenggara (Agara) pada Kamis (12/4) malam menimbulkan daya rusak ya...
Banjir yang menerjang empat desa di Kecamatan Bukit Tusam, Kabupaten Aceh Tenggara (Agara) pada Kamis (12/4) malam menimbulkan daya rusak yang cukup tinggi. Banjir menyeret bongkahan batu bercampur lumpur serta kayu gelondongan. Meski tak ada korban jiwa, namun batu dan kayu yang terbawa banjir telah merusak ratusan rumah di zona bencana.
Seperti diberitakan kemarin, hujan deras yang mengguyur Agara menyebabkan sejumlah desa di Kecamatan Bukit Tusam terendam. Selain merendam permukiman, banjir bercampur lumpur, batu, dan kayu ikut menimbun badan jalan nasional Kutacane-Medan, Sumatera Utara.
Informasi yang dihimpun Serambi, banjir luapan (namun ada yang menyebut banjir bandang) yang terjadi Kamis malam di Agara menerjang empat desa di Kecamatan Bukit Tusam, yaitu Rikit Bur Satu, Rikit Bur Dua, Kerukunan, dan Sebudi Jaya. Ratusan rumah dalam empat desa itu rusak akibat tertimbun lumpur, batu, bahkan diterjang kayu gelondongan.
Hingga Jumat kemarin, korban banjir dari keempat desa itu masih bertahan di lokasi-lokasi pengungsian seperti masjid, pesantren, atau menumpang di rumah famili. Bupati Agara, Hasanuddin Beruh bersama Kapolres AKBP Trisno Riyanto, Dandim Letkol Inf R Andi Roedprijatna serta sejumlah pejabat lainnya sudah meninjau langsung lokasi bencana termasuk mendata tingkat kerusakan yang ditimbulkan. Pemkab Agara juga telah mengerahkan dua alat berat untuk menyingkirkan limbah banjir yang menutup badan jalan.
“Belum pernah musibah separah ini. Banjir kali ini diyakini akibat perambahan hutan. Cukup banyak rumah masyarakat yang rusak akibat diterjang kayu ukuran besar yang terbawa arus banjir. Ulah tangan-tangan tak bertanggungjawab telah menyisakan penderitaan pada masyarakat,” kata Syarifuddin, warga Desa Rikit Bur Dua yang ikut jadi korban.
Informasi lainnya diperoleh dari Sekdes Rikit Bur Satu, Hamidan. Menurut Hamidan, berdasarkan laporan yang diterimanya, ada 14 titik lokasi perambahan hutan yang baru dan telah lama dibuka di sekitar kecamatan tersebut. “Melihat banyaknya kayu ukuran besar jenis sembarang keras dan semaram, hampir bisa dipastikan itu adalah dampak ilegal loging,” kata Hamidan.
Kepala Desa Sebudi Jaya, Bahrin Gading mengatakan, sedikitnya 33 rumah di desanya rusak berat dan ringan, termasuk rumahnya. Sedangkan rumah yang direndam lumpur atau diterjang batu dan kayu mencapai puluhan rumah. Masyarakat dibantu TNI ikut membersihkan rumah yang terendam dan rusak.
Dari Kepala Desa Kerukunan, Amran Ali diperoleh data, sebanyak 103 rumah di desanya rusak dan tertimbun lumpur dan bebatuan. Korban banjir dari Desa Kerukunan mengungsi ke lokasi-lokasi aman, termasuk ke masjid.
Kepala Desa Rikit Bur Satu, Suwadi Jaya melaporkan, sedikitnya 40 rumah di desanya rusak. Selain itu, kebun jagung, kakao, dan tidak kurang 70 hektare areal persawahan juga porak poranda.
Sementara itu di Desa Rikit Bur Dua, menurut keterangan kepala desanya, Saifuddin, sebanyak 30 rumah hanyut dan 60 rumah rusak. Seluas 30 hektare lahan sawah dan 60 hektare kebun cokelat hancur. “Kami masih harus bertahan di lokasi pengungsian yang hanya memiliki satu tenda. Kami memerlukan setidaknya lima tenda lagi,” kata Saifuddin.
Dandim 0108 Agara, Letkol R Andi Roedprijatna mengatakan, pihaknya telah menurunkan puluhan anggota TNI dari Koramil se-jajaran Kodim Agara untuk membantu masyarakat korban bencana. “Prajurit TNI bersama masyarakat membersihkan bebatuan dan kayu gelondongan yang menumpuk yang menimbun permukiman dan merusak rumah penduduk dalam wilayah empat desa di Bukit Tusam,” kata Letkol R Andi.
Bantuan Dinsos
Kadis Sosial Aceh melalui Kabid Banjamsos, Drs H Burhanuddin Usman kepada Serambi tadi malam melaporkan, pihaknya telah menyalurkan bantuan masa panik untuk korban banjir Agara.
Bantuan yang disalurkan tersebut masing-masing ikan kaleng 25 duz, kecap 10 duz, sambal 10 duz, food were 30 paket, kit were 80 paket, seragam SD laki-laki 100 stel, seragam SD perempuan 100 stel, baju kerah 100 potong, selimut 100 lembar, daster 100 potong.
Berikutnya, kain sarung 100 lembar, makanan siap saji 200 paket, minyak goreng 15 duz, handuk 50 lembar, matras 50 lembar, famili kit 100 paket, pakaian dalam wanita 54 potong, celana dalam pria 65 potong, celana dalam wanita 194 potong, baju singlet laki-laki 107 potong, beras 2 ton. “Bantuan diberangkatkan dari Banda Aceh pada Jumat (13/4) malam sekitar pukul 22.00 WIB lewat darat dari Takengon-Blangkejeren,” kata Burhanuddin.
Derita Bukit Tusam
BANJIR yang menerjang empat desa di Kecamatan Bukit Tusam, Kabupaten Aceh Tenggara (Agara) telah memunculkan penderitaan tak terperi bagi masyarakat setempat. Masyarakat menuding musibah itu akibat praktik ilegal loging (perambahan hutan) yang semakin tak terkendali. “Belum pernah kami mengalami musibah sedahsyat ini. Kayu gelondongan berukuran besar menghantam dan merusak rumah,” begitu pengakuan Syarifuddin, seorang warga Desa Rikit Bur Dua yang ikut jadi korban banjir.
Menurut Syarifuddin dibenarkan warga lainnya, penebangan liar telah menyebabkan penderitaan tak terperi bagi masyarakat. Sedangkan di sisi lain, ada orang yang menikmati keuntungan dari penderitaan yang kini dirasakan korban bencana. “Rumah kami ditimbun batu, lumpur, dan kayu. Kini kami terdampar di lokasi-lokasi pengungsian,” demikian keluh seorang ibu di Desa Rikit Bur Dua yang rumahnya hanyut terbawa arus. | (serambionline).
Seperti diberitakan kemarin, hujan deras yang mengguyur Agara menyebabkan sejumlah desa di Kecamatan Bukit Tusam terendam. Selain merendam permukiman, banjir bercampur lumpur, batu, dan kayu ikut menimbun badan jalan nasional Kutacane-Medan, Sumatera Utara.
Informasi yang dihimpun Serambi, banjir luapan (namun ada yang menyebut banjir bandang) yang terjadi Kamis malam di Agara menerjang empat desa di Kecamatan Bukit Tusam, yaitu Rikit Bur Satu, Rikit Bur Dua, Kerukunan, dan Sebudi Jaya. Ratusan rumah dalam empat desa itu rusak akibat tertimbun lumpur, batu, bahkan diterjang kayu gelondongan.
Hingga Jumat kemarin, korban banjir dari keempat desa itu masih bertahan di lokasi-lokasi pengungsian seperti masjid, pesantren, atau menumpang di rumah famili. Bupati Agara, Hasanuddin Beruh bersama Kapolres AKBP Trisno Riyanto, Dandim Letkol Inf R Andi Roedprijatna serta sejumlah pejabat lainnya sudah meninjau langsung lokasi bencana termasuk mendata tingkat kerusakan yang ditimbulkan. Pemkab Agara juga telah mengerahkan dua alat berat untuk menyingkirkan limbah banjir yang menutup badan jalan.
“Belum pernah musibah separah ini. Banjir kali ini diyakini akibat perambahan hutan. Cukup banyak rumah masyarakat yang rusak akibat diterjang kayu ukuran besar yang terbawa arus banjir. Ulah tangan-tangan tak bertanggungjawab telah menyisakan penderitaan pada masyarakat,” kata Syarifuddin, warga Desa Rikit Bur Dua yang ikut jadi korban.
Informasi lainnya diperoleh dari Sekdes Rikit Bur Satu, Hamidan. Menurut Hamidan, berdasarkan laporan yang diterimanya, ada 14 titik lokasi perambahan hutan yang baru dan telah lama dibuka di sekitar kecamatan tersebut. “Melihat banyaknya kayu ukuran besar jenis sembarang keras dan semaram, hampir bisa dipastikan itu adalah dampak ilegal loging,” kata Hamidan.
Kepala Desa Sebudi Jaya, Bahrin Gading mengatakan, sedikitnya 33 rumah di desanya rusak berat dan ringan, termasuk rumahnya. Sedangkan rumah yang direndam lumpur atau diterjang batu dan kayu mencapai puluhan rumah. Masyarakat dibantu TNI ikut membersihkan rumah yang terendam dan rusak.
Dari Kepala Desa Kerukunan, Amran Ali diperoleh data, sebanyak 103 rumah di desanya rusak dan tertimbun lumpur dan bebatuan. Korban banjir dari Desa Kerukunan mengungsi ke lokasi-lokasi aman, termasuk ke masjid.
Kepala Desa Rikit Bur Satu, Suwadi Jaya melaporkan, sedikitnya 40 rumah di desanya rusak. Selain itu, kebun jagung, kakao, dan tidak kurang 70 hektare areal persawahan juga porak poranda.
Sementara itu di Desa Rikit Bur Dua, menurut keterangan kepala desanya, Saifuddin, sebanyak 30 rumah hanyut dan 60 rumah rusak. Seluas 30 hektare lahan sawah dan 60 hektare kebun cokelat hancur. “Kami masih harus bertahan di lokasi pengungsian yang hanya memiliki satu tenda. Kami memerlukan setidaknya lima tenda lagi,” kata Saifuddin.
Dandim 0108 Agara, Letkol R Andi Roedprijatna mengatakan, pihaknya telah menurunkan puluhan anggota TNI dari Koramil se-jajaran Kodim Agara untuk membantu masyarakat korban bencana. “Prajurit TNI bersama masyarakat membersihkan bebatuan dan kayu gelondongan yang menumpuk yang menimbun permukiman dan merusak rumah penduduk dalam wilayah empat desa di Bukit Tusam,” kata Letkol R Andi.
Bantuan Dinsos
Kadis Sosial Aceh melalui Kabid Banjamsos, Drs H Burhanuddin Usman kepada Serambi tadi malam melaporkan, pihaknya telah menyalurkan bantuan masa panik untuk korban banjir Agara.
Bantuan yang disalurkan tersebut masing-masing ikan kaleng 25 duz, kecap 10 duz, sambal 10 duz, food were 30 paket, kit were 80 paket, seragam SD laki-laki 100 stel, seragam SD perempuan 100 stel, baju kerah 100 potong, selimut 100 lembar, daster 100 potong.
Berikutnya, kain sarung 100 lembar, makanan siap saji 200 paket, minyak goreng 15 duz, handuk 50 lembar, matras 50 lembar, famili kit 100 paket, pakaian dalam wanita 54 potong, celana dalam pria 65 potong, celana dalam wanita 194 potong, baju singlet laki-laki 107 potong, beras 2 ton. “Bantuan diberangkatkan dari Banda Aceh pada Jumat (13/4) malam sekitar pukul 22.00 WIB lewat darat dari Takengon-Blangkejeren,” kata Burhanuddin.
Derita Bukit Tusam
BANJIR yang menerjang empat desa di Kecamatan Bukit Tusam, Kabupaten Aceh Tenggara (Agara) telah memunculkan penderitaan tak terperi bagi masyarakat setempat. Masyarakat menuding musibah itu akibat praktik ilegal loging (perambahan hutan) yang semakin tak terkendali. “Belum pernah kami mengalami musibah sedahsyat ini. Kayu gelondongan berukuran besar menghantam dan merusak rumah,” begitu pengakuan Syarifuddin, seorang warga Desa Rikit Bur Dua yang ikut jadi korban banjir.
Menurut Syarifuddin dibenarkan warga lainnya, penebangan liar telah menyebabkan penderitaan tak terperi bagi masyarakat. Sedangkan di sisi lain, ada orang yang menikmati keuntungan dari penderitaan yang kini dirasakan korban bencana. “Rumah kami ditimbun batu, lumpur, dan kayu. Kini kami terdampar di lokasi-lokasi pengungsian,” demikian keluh seorang ibu di Desa Rikit Bur Dua yang rumahnya hanyut terbawa arus. | (serambionline).
