Perpecahan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak boleh berlarut-larut. Sebab, hal itu akan mengganggu dan menyebabkan kondisi yang...
Oleh sebab itu, perlu gerakan sosial seperti model gerakan saat mendukung kriminalisasi terhadap pimpinan KPK Bibit dan Chandra Hamzah. Gerakan sosial itu khusus kepada Ketua KPK Abraham Samad, yang di bawah kepemimpinannya menggerakkan kasus-kasus yang selama ini dinilai macet. Akibatnya, ia mendapat perlawanan, tak hanya dari luar, tetapi juga dari dalam KPK sendiri.
Hal itu dilontarkan oleh anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo, Jumat (16/3/2012) pagi ini.
"Gejolak di KPK selama ini sepertinya rekayasa untuk mendiskreditkan Abraham Samad. Sebab, pada periode kepemimpinannya yang belum lewat setengah tahun kasus-kasus besar yang macet diterobosnya. Misalnya, kasus travel cek, kasus Wisma Atlet dan kasus Century yang sebentar lagi akan ditingkatkan kasusnya menjadi penyidikan dari sebelumnya penyelidikan," ujar Bambang.
Menurut Bambang, begitu Abraham masuk dan memimpin KPK, dengan gaya dan keberaniannya, kasus-kasus besar yang macet jalannya diterobos, seperti menetapkan Miranda Goeltom dan Angie sebagai tersangka baru dalam kasus trvel cek dan Wisma Atlet.
"Yang ditunggu publik sekarang adalah Century naik ke penyidikan. Namun, ia mendapat perlawanan. Karena itu, waspadai adanya upaya memacetkan kembali kasus-kasus besar seperti cek pelawat, Wisma atlet, Hambalang dan Century dengan mendiskreditkan Abraham Samad sehingga membuat KPK mandul dan terpecah, yang membuat sosok Abraham seolah gagal" tambah Bambang.
Dukungan terhadap Abraham, lanjut Bambang, harus diawali peyebaran dukungan lewat jejaring sosial, internet dan aksi-aksi masif di berbagai tempat, ternasuk di KPK. "Sebab, kalau tidak, Abraham dialienasikan sendirian dan 'dibusukan'di KPK oleh mereka yang tidak ingin kasus-kasus besar itu dibongkar tuntas," lanjutnya (kompas.com).