Kepala Bidang Wisata di Dinas Perhubungan, Kebudayaan, dan Pariwisata Aceh Utara, Nurliana, mengatakan pihaknya berencana untuk memasukkan s...
Kepala Bidang Wisata di Dinas Perhubungan, Kebudayaan, dan Pariwisata Aceh Utara, Nurliana, mengatakan pihaknya berencana untuk memasukkan sejarah Kerajaan Samudera Pasai sebagai kurikulum pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
“Kita koordinasi dulu dengan kepala dinas pendidikan, setelah itu kumpulkan sejarahnya. Jangan nanti setelah kita masukkan sebagai kurikulum tidak ada bahannya” ujar Nurliana kepada The Atjeh Post, Kamis 23 Februari 2012.
Nurliana menambahkan, hasil ekspedisi pihaknya dengan CISAH (Central Information for Samudra Pasai Heritage/Pusat Informasi Warisan Budaya Samudra Pasai) pada Juli 2011 lalu, menemukan sebanyak 30 artefak sejarah diduga berhubungan dengan kerajaan Samudera Pasai. 30 situs itu tersebar ditemukan di beberapa kecamatan di Aceh Utara, yaitu Samudera Geudong, Geureudong Pase, Baktya, dan Baktya Barat.
“Semua peninggalan sejarah itu berupa batu nisan. Bahkan sebagiannya sudah diketahui namanya berdasarkan tulisan di artefak tersebut, diduga itu peninggalan pada abad ke-13. Saat ini kondisi artefak tersebut sangat disayangkan, karena berada di semak belukar,” ujar Nurliana.
Menurutnya, untuk memugar kembali hasil temuan tersebut membutuhkan biaya. “Kita selalu optimis untuk mengembalikan sejarah kerajaan Samudera Pasai, untuk diketahui oleh generasi-genarsi Aceh mendatang” katanya.
“Kita koordinasi dulu dengan kepala dinas pendidikan, setelah itu kumpulkan sejarahnya. Jangan nanti setelah kita masukkan sebagai kurikulum tidak ada bahannya” ujar Nurliana kepada The Atjeh Post, Kamis 23 Februari 2012.
Nurliana menambahkan, hasil ekspedisi pihaknya dengan CISAH (Central Information for Samudra Pasai Heritage/Pusat Informasi Warisan Budaya Samudra Pasai) pada Juli 2011 lalu, menemukan sebanyak 30 artefak sejarah diduga berhubungan dengan kerajaan Samudera Pasai. 30 situs itu tersebar ditemukan di beberapa kecamatan di Aceh Utara, yaitu Samudera Geudong, Geureudong Pase, Baktya, dan Baktya Barat.
“Semua peninggalan sejarah itu berupa batu nisan. Bahkan sebagiannya sudah diketahui namanya berdasarkan tulisan di artefak tersebut, diduga itu peninggalan pada abad ke-13. Saat ini kondisi artefak tersebut sangat disayangkan, karena berada di semak belukar,” ujar Nurliana.
Menurutnya, untuk memugar kembali hasil temuan tersebut membutuhkan biaya. “Kita selalu optimis untuk mengembalikan sejarah kerajaan Samudera Pasai, untuk diketahui oleh generasi-genarsi Aceh mendatang” katanya.
Sumber : The Atjeh Post
Editor : Yeddi Alaydrus
Foto : Google
