VHRmedia, Kabul - Ribuan warga Afghanistan berdemonstrasi di pangkalan militer Bagram, provinsi Parwan, pada Selasa (21/2). Demonstrasi dig...
VHRmedia, Kabul - Ribuan warga Afghanistan berdemonstrasi di pangkalan militer Bagram, provinsi Parwan, pada Selasa (21/2). Demonstrasi digelar setelah tentara Amerika Serikat membakar Al-Qur’an. Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) meminta maaf, beralasan tindakan itu tidak disengaja.
Senin malam, lima orang Afghanistan melihat Al-Qur’an di tempat pembakaran sampah.
Menurut mereka, tempat sampah itu dibawa truk yang dikendarai dua serdadu AS.
Menurut mereka, tempat sampah itu dibawa truk yang dikendarai dua serdadu AS.
“Ketika kami melihat tentara itu membakar buku-buku, kami mendekat untuk melihat lebih jelas, dan salah seorang berteriak, ‘Itu Al-Qur’an,’” kata Zabiullah, salah seorang pekerja Afghanistan itu, kepada nytimes.com. Mereka berteriak dan melempari keduanya, menyuruh mereka berhenti membakar Al-Qur’an. Para pekerja berhasil menyelamatkan tujuhbelas kitab suci.
Ahmad Zaki Zahed, Ketua Dewan Provinsi Parwan mengaku, kelima orang tersebut mendatanginya. “Para pekerja tersebut menunjukkan jari-jari mereka yang terbakar saat mengambil Al-Qur’an itu dari kobaran api,” kata Ahmad Zaki, seperti diberitakan time.com.
Jenderal Angkatan Darat Afghanistan Abdul Jalil Rahimi telah bertemu dengan para demonstran, sesepuh suku, dan anggota golongan agama. “Para demonstran sangat marah dan tidak ingin mengakhiri protes mereka,” kata komandan kordinasi militer provinsi tersebut.
Satu orang terluka dan lima orang ditangkap saat tentara NATO berusaha membubarkan kerumunan tersebut. Guardian melaporkan, duabelas rakyat sipil terluka karena terkena peluru karet.
NATO menyatakan permintaan maaf resmi yang ditujukan kepada presiden, pemerintah, dan rakyat Afghanistan. “Ketika kami mengetahui kejadian ini, kami segera mengintervensi dan menghentikan mereka,” kata Jenderal John R. Allen, komandan NATO untuk Afghanistan, dikutip oleh nytimes.com.
“Kami sedang menginvestigasi insiden ini secara menyeluruh dan mengambil langkah-langkah untuk memastikan hal ini tidak terjadi lagi. Saya memastikan … Saya berjanji kepada kalian .. (kejadian) itu tidaklah disengaja,” kata Allen.
Tentara Amerika Serikat, pemimpin pasukan koalisi, menyita kitab suci tersebut dari penjara Parwan. Dicurigai, para tahanan Taliban menggunakannya untuk berkirim pesan.
Letnan Kolonel Jimmie Cummings, juru bicara pasukan koalisi, menyatakan mengirimkan kitab suci tersebut ke pembakaran adalah sebuah kekhilafan. “Keputusan untuk membakarnya tidak berkaitan dengan apakah itu benda relijius atau berhubungan dengan Islam. Itu adalah sebuah kesalahan,” kata Cummings kepada bbc.co.uk.
Cummings menambahkan, pasukan koalisi tidak yakin berapa banyak benda-benda relijius yang telah dikirim ke pembakaran. Juga, mereka tidak yakin apakah ada Al-Qur’an yang dibakar sebelum kelima pekerja Afghanistan tersebut melihatnya.
Jenderal Allen menyatakan, 130 ribu tentara koalisi di Afghanistan akan dilatih untuk mengidentifikasi, menyimpan, dan menangani benda-benda relijius. Pelatihan akan dimulai dalam dua minggu ke depan.(E3) | VhrMedia Mona Sihombing / Rosmi Julitasari