Oleh : SAURMA. Ada yang menarik, yang menjadi santapan publik lewat media massa belakangan ini. Terjadi semacam pertunjukan laga kekuasaa...
Oleh : SAURMA. Ada yang menarik, yang menjadi santapan publik lewat media massa belakangan ini. Terjadi semacam pertunjukan laga kekuasaan dimana-mana. Sepertinya ini saat ini adalah jaman pertarungan dan masyarakat mulai terbiasa menerima informasi-informasi sejenis ini di media yang diikutinya. Tetapi apakah isu yang dibawakan media massa menampilkan pertarungan itu benar-benar berpengaruh pada masyarakat dan kehidupannya? Pertanyaan yang lebih penting lagi, apakah informasi yang mereka terima adalah utuh dan komprehensif? Jangan-jangan mereka hanya menerima transferan sedikit saja dari informasi yang sesungguhnya dan merupakan informasi yang terbungkus maksud tertentu. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi cara berpikir dan cara bersikap.
Di tingkat lokal juga terlihat berbagai informasi yang menampilkan pertarungan kekuasaan, apakah di level provinsi maupun kabupaten/kota. Perhatian orang-orang pun ditujukan pada orang-orang maupun kelompok-kelompok yang bertarung. Mereka adalah pelaku politik di wilayah itu. Masyarakat penikmat media pun masing-masing membuat interpretasinya sendiri atas kondisi yang terjadi. Ada kelompok yang pro, ada kelompok yang kontra. Ada pihak yang dipuji, ada pihak yang dimaki. Semua akibat pengaruh informasi yang diberikan media yang mereka ikuti. Masyarakat membuat gayanya masing-masing. Dan setiap orang bebas menampilkan ekspresinya atas apa yang terjadi. Semua lalu merespon berdasarkan daya tangkap dan nalarnya.
AGENDA SETTING
Keadaan ini kemudian semakin hangat dengan adanya kebijakan khusus media menyikapi respon masyarakat terkait persoalan yang terjadi dengan memberi peluang bagi yang pro maupun yang kontra untuk menampilkan pendapat mereka. Akan terlihat pula seleksi pendapat yang ditampilkan akan semakin menguatkan dan mendukung informasi yang jor-joran disajikan. Hal ini guna mendapatkan target mengkerucutkan persoalan yang ada untuk mempengaruhi masyarakat follower media itu senada dengan pemikiran pihak media tersebut. Sehingga, setiap saat informasi terkini disajikan untuk menguatkan pendapat awal ataupun untuk mengubah pendapat semula menjadi sama dengan pendapat media tersebut. Teori Komunikasi menyebutnya sebagai Agenda Setting.
Akibatnya, para konsumen media massa menjadi semakin penuh semangat menanti info-info terbaru. Semua ini menambah data yang ada dalam benak mereka sehingga membuat mereka merasa semakin kritis memandang persoalan yang ada. Sebab itu, tidak mengherankan jika kemudian mereka semakin mudah untuk menyampaikan pendapatnya dengan data tambahan dari media massa yang diikutinya. Pengaruh inilah yang memang diharapkan akan terjadi pada pengikut media-media tersebut.
Masalah Agenda Setting ini menjadi trik tersendiri pula bagi media untuk menunjukkan keberpihakannya yang maksimal pada pihak yang berlaga. Sehingga akan terlihat jelas sebuah media itu memihak dan mendukung pihak tertentu dari laga kekuasaan itu. Masyarakat akan menerima suguhan data yang semakin hari semakin menambah pengaruh pada mereka untuk memiliki keberpihakan yang sama dengan pihak yang didukung media itu.
Pada masyarakat yang melek media dan tidak hanya mengikuti informasi dari satu-dua media tentu hal ini akan terlihat jelas. Berbeda dengan orang yang hanya berlangganan pada satu-dua media, apalagi misalnya kedua media yang diikutinya memiliki visi misi yang sama mendukung pihak tertentu. Masyarakat pada kelompok ini akan lebih mudah terpengaruh pada informasi yang disajikan. Berbeda dengan masyarakat yang pertama tadi.
Kenyataan lain adalah, masyarakat melek media yang memiliki informasi yang lebih luas hanyalah kelompok kecil dengan jumlah yang lebih minim dibandingkan dengan masyarakat pengikut satu-dua media. Akibatnya bisa diduga, hanya sebagian kecil saja dari masyarakat kita yang berpandangan netral dalam memandang pihak-pihak yang bertarung. Sebagian besar sudah sangat dipengaruhi kebijakan media yang diikutinya dan tidak memiliki kesempatan untuk mendapat informasi yang akan membuatnya bisa melihat dari dua sisi, dimana informasi dari masing-masing pihak yang berlaga memiliki porsi yang sama diterimanya.
TONTONAN
Sepertinya, setelah studio film mengkerut, orang butuh arena lain untuk menonton. Tidak hanya mendapat sajian sinetron, drama percintaan, cerita mistis, televisi kita juga semakin diramaikan dengan reality show dengan pemeran para pelaku politik di negeri ini. Hal yang dimungkinkan oleh tuntutan masyarakat akan keterbukaan sehingga merupakan salah satu penyebab menjadikan Agenda Setting media berjalan semakin mulus.
Lalu, konflik-konflik yang ingin ditonjolkan dikemas sedemikian rupa sehingga semakin menarik bagi para penontonnya. Hal yang sama tidak terlepas untuk dilakukan pekerja media dari jenis media massa cetak, audio maupun online. Semua berupaya menguatkan isu apa yang ingin ditonjolkan untuk mempengaruhi komunikannya.. Dari sana kita akan melihat penekanan pada sesuatu ataupun pada seseorang serta pada kelompok tertentu yang menjadi target yang diagendakan.
Tidak heran kemudian kita melihat seakan antar media yang berbeda, menurut Agenda Settingnya, memiliki informasi yang sangat kontras. Apalagi kemudian, jika dikaitkan dengan kepemilikan media saat ini cukup banyak berasal dari praktisi partai politik. Sebab itu, media massa yang dimilikinya menjadi sebuah alat yang dianggap sangat perkasa untuk mempengaruhi opini public agar memihak pada dirinya ataupun pada kepentingan partai politiknya.
Demikianlah, tontonan demi tontonan laga kekuasaan menjadi komoditi tersendiri bagi media untuk mendapatkan komunikan yang senada sepikiran dengannya. Target ini akan memberi keuntungan yang cukup besar pula pada media tersebut dari pihak yang didukungnya, baik melalui perolehan iklan dari pihak tersebut ataupun dana operasional lewat program-program khusus yang dikreasikan pihak media yang memberi kesempatan maksimal pada salah satu pihak yang berlaga untuk memanfaatkannya.
MENARIK
Laga kekuasaan menjadi fenomena menarik yang disajikan pada masyarakat yang dianggap berhak mengetahuinya. Kemasan menarik menjadikan informasi yang dibungkus oleh kepentingan-kepentingan khusus itupun kemudian menjadi perhatian utama pengikut media yang bersangkutan. Tidak saja dengan sajian informasi yang bertahap, tetapi juga pengulangan demi pengulangan informasi yang disajikan. Semua ini mempunyai pengaruh yang tidak sedikit sehingga akan tercipta opini masyarakat sebagaimana yang diarahkan media pada mereka.
Inilah kemudian yang menjadi polemik tersendiri ketika sebuah media yang memiliki follower terbesar sejalan dengan salah satu pihak yang berlaga. Sudah dapat dipastikan, pengaruh yang diakibatkannya akan sangat luas dibandingkan media dengan follower terkecil ataupun sedang. Keuntungan inilah yang dikejar para pihak yang bertarung untuk menguatkan kekuasaan mereka. Tidak heran kemudian para pemilik media tersebut lantas dibujuk untuk bergabung dengan salah satu pihak yang bertarung.
Bagi keduanya, pemilik media dan pihak yang bertarung hal ini menjadi win-win solution atas persoalan yang mereka hadapi. Sehingga dapat kita lihat kemudian bagaimana pemilik media lantas masuk dalam politik praktis dan menjadikan medianya sebagai alat penguat kekuasaannya. Ada pula yang justru pihak yang bertarung merasa perlu membeli media yang dianggapnya penting mendukung kekuasaannya lantas menjadi pemilik baru dari media yang diincarnya.
Demikianlah, pengaruh informasi sangat besar dalam mempengaruhi opini public. Sehingga, informasi yang sepotong-sepotong akan memberi pandangan yang berbeda dengan orang yang memiliki informasi seutuhnya. Tinggal kita saja yang menilai apakah opini kita selama ini sudah tepat, ataukah kita adalah orang-orang yang tidak mendapat informasi seluruhnya dan terpengaruh dari santapan media kita selama ini? Saatnya kita mengoreksi hal ini sebelum kita terjebak dengan pendapat yang kita kemukakan atas suatu hal terkait laga kekuasaan yang sedang muncul di pelupuk mata. Sekedar mengingatkan kita! | Harian Analisa