Komunitas pecinta ayam serama, Kutaraja Serama, memperkenalkan ayam asal Malaysia itu kepada masyarakat di Lapangan Blangpadang, Banda Ace...
Komunitas pecinta ayam serama, Kutaraja Serama, memperkenalkan ayam asal Malaysia itu kepada masyarakat di Lapangan Blangpadang, Banda Aceh, Minggu (19/2). Bahkan tiga pengunjung, membeli tiga anak ayam terkecil di dunia itu dengan harga Rp 250 ribu-Rp 350 ribu per ekor.
Kehadiran pecinta Ayam Serama dengan menampilkan 20-an ayam-ayam cantik sejak pukul 14.00-18.00 WIB, kemarin, menimbulkan perhatian warga. “Ini bukan kontes, tapi ingin memperkenalkan ayam serama kepada masyarakat, sekaligus silaturahmi antar kami pemilik ayam serama,” kata Ketua Kutaraja Serama, Muklis kepada Serambi saat kegiatan itu.
Menurutnya, harga jual ayam ini jika diimpor langsung dari Malaysia mencapai 20 juta seekor. Tapi sekarang sudah banyak dikembangbiakkan di Jakarta, Semarang, dan Palembang. “Harganya lebih murah dibanding serama asli, yaitu antara Rp 250-Rp 350 ribu per ekor untuk usia 1-2 bulan, jika sudah lewat itu bisa mencapai Rp 4 juta juga,” kata Muklis.
Sedangkan Shandy Sofyan, pengurus Kutaraja Serama yang sudah memproduksikan ayam itu di Jantho Aceh Besar mengatakan, selama ini jika ada kontes yang dinilai adalah penampilan ayam, seperti bulu, jengger, warna, dan ekor ayam. “Serama ini mempunyai dua great, terbagus great A dengan berat hanya 360 gram ke bawah. Sedangkan tipe dua, great B. Beratnya 361-500 gram,” kata Shandy.
Menurut Shandy, ayam itu mahal karena perawatannya tergolong sulit. Tidak semua telur yang sudah menetas bisa jadi ayam, ketika sudah menjadi anak ayam dan masih berumur di bawah dua bulan juga harus memberikan beras merah yang sudah digiling dengan blender. “Kalau sudah lewat dua bulan, baru bisa diberi beras merah, tanpa digiling diblender,” jelas Shandy.
Kehadiran pecinta Ayam Serama dengan menampilkan 20-an ayam-ayam cantik sejak pukul 14.00-18.00 WIB, kemarin, menimbulkan perhatian warga. “Ini bukan kontes, tapi ingin memperkenalkan ayam serama kepada masyarakat, sekaligus silaturahmi antar kami pemilik ayam serama,” kata Ketua Kutaraja Serama, Muklis kepada Serambi saat kegiatan itu.
Menurutnya, harga jual ayam ini jika diimpor langsung dari Malaysia mencapai 20 juta seekor. Tapi sekarang sudah banyak dikembangbiakkan di Jakarta, Semarang, dan Palembang. “Harganya lebih murah dibanding serama asli, yaitu antara Rp 250-Rp 350 ribu per ekor untuk usia 1-2 bulan, jika sudah lewat itu bisa mencapai Rp 4 juta juga,” kata Muklis.
Sedangkan Shandy Sofyan, pengurus Kutaraja Serama yang sudah memproduksikan ayam itu di Jantho Aceh Besar mengatakan, selama ini jika ada kontes yang dinilai adalah penampilan ayam, seperti bulu, jengger, warna, dan ekor ayam. “Serama ini mempunyai dua great, terbagus great A dengan berat hanya 360 gram ke bawah. Sedangkan tipe dua, great B. Beratnya 361-500 gram,” kata Shandy.
Menurut Shandy, ayam itu mahal karena perawatannya tergolong sulit. Tidak semua telur yang sudah menetas bisa jadi ayam, ketika sudah menjadi anak ayam dan masih berumur di bawah dua bulan juga harus memberikan beras merah yang sudah digiling dengan blender. “Kalau sudah lewat dua bulan, baru bisa diberi beras merah, tanpa digiling diblender,” jelas Shandy.
Editor : Yeddi Alaydrus
Sumber : Serambi Online
Foto : Serambi/Budi Fatria