Wilayah Aceh bagian timur sangat berpotensi terjadi banjir pada awal 2012. Hal itu terungkat berdasarkan hasil pemutakhiran data dari Badan ...
Wilayah Aceh bagian timur sangat berpotensi terjadi banjir pada awal 2012. Hal itu terungkat berdasarkan hasil pemutakhiran data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) Aceh dan hasil pantauan lapangan Lembaga Advokasi Hutan Lestari (LembAHtari).
Daerah yang sangat berpotensi terjadi banjir bandang adalah Kabupaten Aceh Tamiang, Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Timur. Ketiga daerah tersebut berpotensi banjir bandang dari bulan Januari hingga Maret 2012 akibat curah hujan tinggi. Kemungkinan banjir juga dapat merambah ke wilayah pantai barat dan selatan Aceh.
Menurut pihak LembAHtari, curah hujan yang tinggi plus cuaca ekstrim, menjadi pemicu utama terjadinya banjir bandang, termasuk faktor geografis seperti pembukaan hutan sebagai alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit dan perladangan liar.
“Di bulan Januari hingga Maret 2012 banjir bandang, terutama di Aceh Timur, Kota Langsa dan Tamiang sangat berpotensi. Selain faktor geografis dan pembalakan liar, juga akibat dari alih fungsi hutan di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS). Ini menjadi pemicu utama.” tegas Direktur Eksekutif LembAHtari, Sayed Zainal kepada wartawan, Minggu (25/12).
Aceh Tamiang, lanjut Sayed, berpotensi kuat bakal terjadi banjir bandang jilid dua, mengingat posisi nya berada di hilir DAS Tamiang. Karena, tiga kabupaten di hulu Aceh Timur, Gayo Luwes serta Kabupaten Langkat (Sumatera Utara) eskalasi penebangan liar masih tinggi.
“Faktor lain juga dipicu perusakan hutan bakau (di wilayah hilir) untuk alih fungsi menjadi perkebuanan kelapa sawit illegal dan besar-besaran. Di sisi lain DAS Tamiang yang luasnya sekitar 4.598 km dan panjang sekitar 218,5 km yang saat ini telah kritis. Pemicu lainnya juga oleh perusakan tutupan lahan di wilayah Aceh Tamiang dan Aceh Timur, baik dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) maupun di wilayah pesisir pantai Tamiang dan Timur,” jelasnya.
LembAHtari meminta, warga Aceh dan Aceh Tamiang khususnya untuk berhati-hati dan membuat persiapan dini dalam mengurangi resiko dampak bencana, khususnya bagi warga yang bertempat tinggal di Spadan DAS Tamiang.
Sesuai data BMKG Aceh, tambah Sayed, Desember 2011 hingga Maret 2012; curah hujan terendah dialami Aceh Tamiang berada pada posisi 151 sampai dengan 300 mili meter perdetik, sedangkan kategori tinggi 301 sampai 400 milimeter perdetik, merupakan tingkat yang membahayakan.
Kata dia, kejadian banjir bandang tahun 2006 curah hujan tertingginya hanya 150 sampai dengan 200 milimeter perdetik. “Kita bisa bayangkan curah hujan terendah mendatang berada pada angka 151 sampai dengan 300 milimeter perdetik, berbanding terbalik dengan banjir bandang tahun 2006. Ini artinya sudah tahap kiritis dan signifikan yang perlu diwaspadai,” katanya.
LembAHtari menghimbau, agar pemerintah setempat segera menyusun program dini untuk memperkecil dampak bencana, dengan melibatkan semua pihak guna menghitung berbagai sisi kemungkinan yang terjadi akibat banjir ini. (min-HA).