HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Seni Budaya Tamiang Tampil Beda

Ilustrasi | Google Secara geografis dan sistem roda pemerintahan, memang Kabupaten Aceh Tamiang adalah Aceh, tetapi jika dipandang atau d...

Ilustrasi | Google
Secara geografis dan sistem roda pemerintahan, memang Kabupaten Aceh Tamiang adalah Aceh, tetapi jika dipandang atau dikaji dari sudut pandang kaca mata budaya, ternyata Aceh Tamiang ‘bukan Aceh’, sebab seni budaya Tamiang sangat berbeda dengan seni budaya Aceh. Sedangkan persamaan antara seni budaya Aceh dengan seni budaya Tamiang yaitu sama-sama seni budaya yang sangat kental dengan nilai-nilai religius atau bernafaskan Islam.

Sekedar gambaran yang nyata dalam memotret seni budaya suatu bangsa, tentu saja ada hal-hal yang perlu ditarik kembali garis hasil kesimpulan setelah berdasarkan hasil evaluasi dari penjelajahan historis suatu suku bangsa yang melahirkan kebudayaan ilokal yang sarat nilai-nilai seni budaya yang spesifik dalam koridor yaitu kebudayaan suatu suku bangsa yakni ide, aktivitas dan artefak.

Berdasarkan penelusuran Waspada, adapun salah suatu bentuk kebudayaan yang ada relavansinya dengan aktivitas yaitu tentang warna prilaku kehidupan manusia. Prilaku manusia sehari-hari muncul karena terjadinya proses interaksi dengan manusia yang lain. Sebab manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga adalah makhluk sosial. Tentu saja sebagai makhluk sosial  manusia membutuhkan individu yang lain dalam suatu kerangka komunitas masyarakat. Artinya, manusia membutuhkan saling interaksi idengan sesama manusia yang lain, sehingga dengan adanya interaksi, penetrasi dan akulturasi budaya melahirkan budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat atau suatu suatu suku bangsa.  

Kalau kita telusuri tentang tata krama suku bangsa di Indonesia yang sangat beranekaragam. Begitu juga dengan suku bangsa yang ada di Provinsi Aceh. Di Provinsi yang berjulukan “ Tanah Rencong dan Serambi Mekkah” ini dikenal ada sejumlah suku bangsa antara lain yaitu Aceh, Alas, Aneuk Jamee, Gayo, Tamiang dan mungkin juga masih ada suku bangsa lainnya yang memiliki pola dan corak seni budaya yang berbeda-beda. Seperti halnya dengan budaya Tamiang yang bukan budaya Aceh.

Seni budaya Tamiang memang bukan seni budaya Aceh, tetapi seni budaya Tamiang mirip dengan seni budaya Melayu Deli dan Langkat, bahkan mirip dengan seni budaya Melayu Malaysia. Seni budaya Tamiang bukan seni budaya Aceh, namun ada juga kesamaannya yaitu sama-sama berkoridor atau bernafaskan Islam.

Kalau dilihat dari budaya pakaian Tamiang tentu saja tidak sama dengan pakaian budaya Aceh. Makanya seni tari Tamiang pakaiannya tdak sama dengan pakaian Aceh. Pakaian yang dipakai seni tari Tamiang labih bernuansa Melayu. Begitu juga pakaian pada upacara adat seni budaya Tamiang tidak sama dengan pakaian yang dipakai pada upacara adat seni budaya Aceh. Pakaian budaya Tamiang lebih kental didominasi dengan warna kuning seperti seni budaya pakaian Melayu. Begitu juga pelaminan pesta perkawinan yang bernuansa adat budaya Tamiang, didominasi dengan warna kuning tua.

Selain dari aspek seni budaya pakaian, dari aspek seni tari Tamiang juga berbeda dengan warna gerak tari Aceh. Tari Tamiang identik dengan Tari Melayu, tetapi tidak sama. Bahkan dalam komunitas Tari Melayu, ternyata seni tari Tamiang juga memiliki perbedaan. Misalnya tari Japin Tamiang tentu saja tidak sama dengan tari Japin Melayu Malaysia, Melayu Sumatera Utara, Melayu Riau dan ”Melayu” lainnya. Begitu juga tari Payung Tamiang, tidak sama dengan tari Melayu Malaysia dan ”Melayu” lainnya. Hianya dalam konteks ini karena halaman yang tersedia sangat terbatas, tentu saja tidak cukup untuk membahas keseluruhan perbedaan tersebut.

Selain itu, gerak tari persembahan Aceh dan tari persembahan Tamiang juga tidak sama. Kalau Tari Persembahan Aceh (Ranup Lam Puan) dan Tari Persembahan Tamiang jika menyambut tamu yang berkunjung ke daerah Tamiang dan menyambut pengantin dipersembahkan dengan penampilan tari persembahan yaitu ”Tari Tepak” dan ada juga yang menyembutnya dengan nama ”Tari Sekapur Sirih”.

Selain itu dalam upacara adat menyambut kedatangan tamu yang berkunjung ke Tamiang dan menyambut pengantin juga disambut dengan penampilan seni budaya yang bebeda antara Tamiang dan Aceh. Kalau di Tamiang disambut dengan penamplan silat plintau, silat songsong, dan silat rebas tebang yang diiringi alunan irama musik bernuansa Melayu mengandalkan suara tabuhan gendang, gesekan biola dan suara alat musik accordion. Sedangkan di daerah Aceh yang lain disambut dengan penampilan seni budaya yang berwarna dan pola yang ”lain”, alat musik pengiringnya juga beda dengan Tamiang.

Bukan itu saja, dalam menyambut tamu yang datang ke Tamiang dan berbagai acara lainnya yang berlangsung di Aceh Tamiang selalu diwarnai dengan pembacaan hasil karya sastra lama berupa ”Pantun”. Ada ”Pantun” jenaka dan ada juga ”Pantun” yang berisi pesan-pesan moral adat istiadat yang positif dan tetap pesan-pesan yang disampakan melalui ”Pantun” tetap saja diwarnai dengan nilai-nilai yang bernafaskan Islam.

Sedangkan dari budaya berbahasa Tamiang menggunakan bahasa Melayu Tamiang, bukan bahasa Melayu Sumatera Utara. bukan bahasa Melayu Riau dan bukan bahasa Melayu Malaysia. Tetapi memang ada yang mirip. Tamiang memakai bahasa Melayu Tamiang yang nyaris mirip dengan bahasa Melayu Malaysia, terutama untuk daerah Tamiang Hilir yang terletak di daerah pesisir pantai atau berada di bibir pantai Laut Selat Malaka.

Tetapi sekali lagi ada yang perlu digaris bawahi yaitu yang jelas Tamiang adalah budaya Melayu dan bukan budaya Aceh. Lebih ekstrem lagi perlu ditegaskan Tamiang Bukan Aceh. Tamiang budayanya tetap ada juga kesamaannya dengan budaya Aceh dan budaya Melayu dari daerah lainnya yaitu sama-sama religius bernuansa Islami yang merupakan ciri khas budaya Aceh tetap berkiblat pada Islami.

Budaya Tamiang adalah kombinasi, kolaboras, alkuturasi dan penetrasi ”benang merah” dalam garis-garis kesimpulan untuk sementara yaitu antara budaya Melayu dengan budaya Aceh, sehingga melahirkan budaya Melayu Tamiang. Budaya Tamiang adalah Melayu dan bukan Aceh.

Sumber : Harian Waspada