HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Perlawanan Raja Silang (T. Achmad Syailani) Melawan Kolonialisme Belanda (16 November 1889 – 27 September 1896)

Foto | Raja Silang Awal sejarah Belanda Ikut Campur dlm urusan Pemerintahan di Tamiang, di karenakan terjadinya Perpecahan atau Perang Sa...

Foto | Raja Silang
Awal sejarah Belanda Ikut Campur dlm urusan Pemerintahan di Tamiang, di karenakan terjadinya Perpecahan atau Perang Saudara antara T. Achmad dgn T. Usman di Kerajaan Bendahara, hingga Mengakibatkan tewasnya Raja Usman pd Tahun 1864, Istri & Puteranya T. Sulung lari Ke Langkat Meminta Bantuan kepada Tengku Musa (Pangeran Langkat). 

Sejak kejadian tersebut,Belanda mulai berkuasa di Sumatera Timur (disebabkan mulai terpecahnya kerajaan-kerajaan di Tamiang) & adanya Hubungan T. Sulung Laut dgn Langkat,maka Negeri Seruway yg Selama ini menjadi Bagian dari Kerajaan Bendahara & ingin menjadi Bagian dari Kerajaan Langkat. Langkat yang Semula merupakan Bagian dari kerajaan Siak telah Memutuskan diri dari kerajaan tersebut & Belanda Menetapkan Langkat Menjadi Sebuah Kesultanan,maka Langkat di Jadikan Belanda Sebagai Pintu Gerbang agar dapat masuk & mencampuri Urusan Pemerintahan di Bumi Tamiang Secara Bertahap.

Peristiwa ini Sungguh Mengecewakan Raja-raja di Tamiang, akan tetapi T. Sulung Laut tidak menyadari, sebenarnya dia telah di Jadikan Umpan Oleh Sultan Langkat untuk Kepentingan Ekspansi Kolonial Belanda. Hasil Kesepakatan yg di Lakukan Semua Raja Tamiang, memutuskan Hubungan dengan T. Sulung. Raja-raja Tamiang jg Menghubungi Teuku Itam pd Masa itu Menjadi Wakil Sultan Aceh, agar dpt Hadir dlm Pertemuan di Pulau Kampai Guna Membahas Kapal-Kapal Perang Belanda yg dengan Leluasa Melalui Perairan laut Tamiang & Teluk Haru serta menangkap kapal-kapal Tongkang Milik Nelayan Pribumi pada saat itu melakukan Pelayaran perdagangan Ke Malaka & Penang (Malaysia).

Tindakan Belanda sudah sangat Melampaui Batas,Melalui T Sulung & sultan Langkat,Belanda & Raja-raja Tamiang mengadakan Pertemuan di atas kapal perang Belanda.Dalam Pertemuan tersebut di Putuskan Bahwa Belanda tidak Mencampuri urusan dalam Negeri Kerajaan–kerajaan yg ada di Tamiang,akan tetapi Belanda Meminta kepada Raja-raja Tamiang untuk untuk menyetujui beberapa kata sepakat antara lain : (1). Mengakui T Sulung Laut Sebagai Raja Seruway & Bergabung dgn Kesultanan Langkat & terpisah dari Kerajaan Bendahara; (2). Kerajaan Bendahara harus Bertanggung Jawab Atas Kematian T. Usman; (3). Raja-raja Karang Wajib Membayar Pajak kpd Belanda atas Perdangan Luar Negeri (Ekspor).

Kerjasama yg di tawarkan Belanda kpd Raja- raja Tamiang di Tolak dgn Tegas Oleh Raja-raja Tamiang, maka Pertemuan tersebut tidak mencapai kata sepakat, Raja Bendahara (T.  Achmad) bersama Raja Muda Wakil dari sungai Iyu tetap melakukan Perniagaan dgn Kerajaan tetanga (Malaysia) & sering terjadi Bentrokan dgn Tentara Patroli Belanda di Perairan Tamiang. Untuk kedua kalinya Pertemuan dgn Raja- raja Tamiang di lakukan, kali ini pertemuan di adakan di Pulau Kampai,Wakil dari Kerajaan Karang Raja Ben Raja,Wakil dari Kejuruan Muda Raja Nyak Cut, hasil kesepakatan dari Pertemuan tersebut adalah : (1). Raja Tamiang Hulu & Raja Karang Mengakui T. Sulung Laut Bergelar Sultan Muda Indera Kesuma II sebagai Raja Tamiang Hilir/Seruway; (2). Raja-raja Tamiang Bekerjasama dgn Belanda Hanya dalam Urusan Dagang.

Raja Bendahara menolak kata kesepakatan, maka situasi di perairan Tamiang kurang kondusif & Belanda Meningkatkan Patrolinya di perairan tersebut. Dalam rangka Perang Melawan Aceh, Belanda Juga Memutuskan Melakukan penyerangan ke Daerah Karang, Kejuruan Muda & Bendahara, dengan Mengharapkan Bantuan dari Sultan Muda Seruway. Maka pada Tahun 1874, Peperangan di Tamiang Mulai Terjadi. Pada Bulan Januari 1874, Pemerintah Belanda memilih Seruway sebagai Controleur yg mewakili Belanda & Menyatakan Seruway Masuk ke Sumatera Timur (Deli).

Controleur tersebut ialah “NEUMAN” di bawah Asisten Resident Van Deli. Belanda Mulai Membangun Benteng-benteng Pertahanan. Melihat Situasi Seperti ini, Raja Karang & Bendahara mulai Meminta Bantuan dari Lamnga & Peurelauk Jika Belanda Melakukan Penyerangan. Pada Bulan Desember 1878 secara Mendadak Laskar Tamiang Melakukan Penyerangan & Menewaskan 14 org serta 5 org luka-luka dari pihak tentara Belanda di Bukit Selamat. Dari Peristiwa ini Belanda Memperkuat Pasukannya & aktif melakukan Patroli, tetapi belanda Belum mampu melewati sungai Tamiang untuk dapat mendarat di bagian Utaranya.

Pada Tanggal 8 Desember 1885 Laskar Tamiang Melakukan penyerangan Ulang di seruway. Penyerangan Kantor Pabean Belanda di Pulau Kampai & Pos Belanda di salah Haji. Belanda segera mengerahkan personilnya sebanyak 42 Opsir, 1 pasukan Brigade atas 3 org Personil & 121 Serdadu Bumi Putera. Terjadi peperangan yg sangat Dasyat, Laskar Tamiang maju tanpa takut, karena telah mendapat dukungan dari Aceh Yaitu Kedatangan Panglima Nyak Makam dari Lam-Nga. Belanda menambah pasukannya sebanyak 200 Personil serta senjata lengkap. Sebuah Stombargs Milik Militer Belanda di Tembaki Oleh Laskar Tamiang di seruway, rumah Penduduk yg selama ini membantu Belanda juga di Bakar Oleh Laskar Tamiang, 3 sekoci yang berisi serdadu Belanda yang akan mendarat di seruway dari Kapal H. M. Sindoro di Rantau Pakam di tenggelamkan & Semua personil tewas tak Luput juga Rumah Kapten Cina Seruway (Lie Sen Se) dibakar Laskar Tamiang.

Melihat Situasi Belanda Telah memperkuat Pasukannya di Seruway & Kuala Tamiang, pada Tanggal 16 November 1889 Raja Silang Memutuskan Perdagangan & Menyatakan Angkat Senjata Melawan Belanda. Raja Umar adik dari Raja silang yang beribu Orang Gayo meminta bantuan Pasukan dari Gayo (Pinding & Lokop) bersama dengan Raja Silang Melawan Belanda. Pada tanggal 13 Febuari 1893 puluhan sekoci Belanda Mendarat di seruway beserta Team Kesehatan dan Senjata Lengkap.

Serangan Frontal Belanda
Belanda Melakukan Penyerangan Secara Besar-besaran dan Frontal dengan senjata lengkap seperti Senapan dan Meriam di tanjung Mulia (Pangkal timbang) letaknya tidak jauh dari seruway (16 Feb 1893). Tentara Belanda terus Berdatangan menuju Bendahara, penyerangan di lakukan mulai subuh, dari Penyerangan ini Belanda Berhasil Menaklukan Benteng Rakyat yg di Pimpin Oleh DT Tanjung, tempat kediaman Raja Bendahara di taklukan Oleh Belanda, secara umum Belanda telah menaklukan Bendahara. Setelah menguburkan tentara Belanda di Perkuburan Arun Gajah (Seruway)atas agresi yg mereka lakukan di Bendahara,mereka Kembali ke labuhan Via Salah Haji. Rakyat Memasang Ranjau di Seluruh alur sungai untuk mengantisipasi Penyerangan Belanda. 

Tanggal 29 Maret 1893 Belanda Mengirimkan Tentaranya dari Medan menuju Seruway yg terdiri dari 8 Opsir serta 200 Serdadu - 2 unit Meriam Gunung Puluhan serdadu Angkatan Laut Berbangsa Belanda & Satu divisi Pendaratan terdiri atas 120 Org Serdadu, Ekspedisi ini di Pimpin Oleh Kolonel A.H.V.D. Pol. Dalam Perang Kolonial di Tamiang, Perang Lubuk Batil dan Tumpuk tengah ini, menjadi sebuah catatan sejarah sebagai salah satu Perang terdasyat, karena memakan korban Jiwa di kedua Belah Pihak, di Pihak tentara Belanda yg Gugur antara lain : Pos Komando seruway Let V/d Schroef, Pasukan AL Let Mensert, Let Zelman & Let Engelen, 128 serdadu & Para Offisieren. Untuk Mengenang Peperangan ini Belanda Mendirikan Tugu Perlawanan tepat di depan Stasion Kereta Api di Medan (Jantung Kota Medan), di Pihak Raja Tamiang Panglima Perang & sebanyak 60 orang Laskar Gugur (Panglima Perang Raja Banta Achmad Tewas dalam Peperangan (Syahid) beliau dimakamkan ditanah tinggi di kampong hilir sungai Iyu). Setelah Melihat kekuatan dari Pihak Belanda. Pada Tahun 1893, perlawanan Bendahara & Kejuruan Muda melemah, maka Raja Maan dari Kejuruan Muda menemui Controleur Sieberg di Seruway melalui T. Sulung Laut Sultan Muda Indera Kesuma.

Sumber : Blog Kerajaan Karang Tamiang