HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Memenuhi Kebutuhan Daging, Tamiang Pasok Sapi Luar Daerah

Ilustrasi | Google Kebutuhan sapi potong di Aceh Tamiang setahun mencapai 3.020 ekor sapi. Jumlah tersebut tak terpenuhi, sehingga terp...

Ilustrasi | Google
Kebutuhan sapi potong di Aceh Tamiang setahun mencapai 3.020 ekor sapi. Jumlah tersebut tak terpenuhi, sehingga terpaksa dipasok sapi dari luar daerah.

Kabid Produksi Ternak, Dinas Pertanian Aceh Tamiang, M Nur kepada Serambi, Senin (13/6) mengatakan, berdasarkan data tahun 2010, pasokan sapi dari luar daerah biasanya dari Sumatera Utara.”Pasokan sapi rata-rata dilakukan oleh pihak swasta untuk kebutuhan daging, sedangkan sapi yang bersifat bantuan dilakukan oleh pemerintah untuk dipelihara oleh masyarakat,”ujarnya.

Disebutkan, kebutuhan sapi potong untuk meugang puasa di Aceh Tamiang biasanya mencapai 359 ekor. Sedangkan sapi untuk meugang Idul Fitri 348 ekor, plus kerbau 133 ekor. Pada meugang Idul Adha, 265 ekor sapi dan kebutuhan kurban 443 ekor sapi.

Sampai saat ini angka populasi sapi di Aceh Tamiang belum memenuhi kebutuhan, sehingga harus dipasok dari luar daerah. Untuk itu pihaknya terus berupaya agar Tamiang swasembada daging, langkah yang dilakukan diantaranya melakukan insiminasi buatan (IB), mempertahankan sapi betina yang produktif dan meningkatkan pengetahuan peternak agar berternak lebih teratur, serta berorientasi bisnis bukan bersifat pemeliharaan sambilan. Pada tahun 2010, dari 1.318 ekor sapi yang disuntik IB yang berhasil menghasilkan anak sapi sebanyak 564 ekor atau setara 37,6 persen. “Kita butuh kesadaran petani agar sapinya mau disuntik IB untuk mempercepat produksi,”ujarnya lagi.

M Nur juga menguraikan kendala yang dihadapi dalam swasembada daging di Aceh Tamiang, diantaranya terbatasnya sarana transportasi bagi petugas dalam melakukan pembinaan terhadap peternak karena jangkauan daerahnya jauh dan rata-rata peternak berada di pelosok Tamiang.

Begitu juga tenaga profesional dalam melakukan IB juga masih sangat kurang. Disamping insentif terhadap peternak masih sangat minim. “Untuk suntik IB, petugas diberi imbalan hanya Rp 10.000, jika berada di kecamatan yang jauh tambah biaya minyak kenderaan petugas,”sebut M Nur.

Faktor lainnya yang juga menjadi kendala swasembada daging, masih rendahnya ekonomi peternak pada saat posisi terjepit peternak menjual sapi betina yang produktif. “Biasanya masyarakat memelihara sapi masih secara tradisional, yaitu dijadikan tabungan ketika kepepet langsung dijual,” ujarnya lagi.

Sumber : Muhammad Nasir | Serambi Online