HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Ketika Nelayan Ramai-ramai Memancing Ban di Laut Tamiang

Kalau nelayan disibukkan dengan pekerjaan menangkap ikan, itu memang sudah rutinitas mereka, sehingga tak perlu diherankan. Tetapi, jika ke...

Kalau nelayan disibukkan dengan pekerjaan menangkap ikan, itu memang sudah rutinitas mereka, sehingga tak perlu diherankan. Tetapi, jika kemudian nelayan ramai-ramai alih profesi menjadi pemancing ban, nah ini menarik untuk ditelusuri.

Memancing ban, meski kedengarannya tidak lazim, tetapi itulah yang sedang digeluti oleh mayoritas nelayan di Sei Iyu, Kecamatan Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang sejak sepekan terakhir. Yang dipancing bukan ban ecek-ecek atau istilah untuk sesuatu, tetapi ban benaran yang akhir-akhir ini memenuhi perairan Kermak, depan Kuala Peunaga, Aceh Tamiang.

Ban yang dipancing beramai-ramai oleh warga pesisir Tamiang tersebut adalah ban sepeda motor merek Silver. Belum terlalu jelas dari mana asal-usul ban itu, tetapi sudah bisa dipastikan adalah ban benaran, produksi luar negeri. Buktinya, sudah ada sejumlah pedagang penampung yang berani membeli ‘hasil laut’ tersebut dengan harga menggiurkan; Rp 50.000/ban. “Sekarang kami lebih tertarik untuk memancing ban ketimbang mencari ikan. Penghasilan memnacing ban ternyata lebih lumayan,” kata Mujib (42), seorang warga Kecamatan Bendahara, kepada Serambi, Rabu (8/6).

Bagi nelayan yang sedang disibukkan dengan urusan rezeki tambahan tersebut, tampaknya tak terlalu penting dari mana ban itu berasal. Tetapi berdasarkan penelusuran Serambi, diduga ada dua kemungkinan asal-usul ban yang mengapung di laut Tamiang akhir-akhir ini. Kemungkinan pertama sengaja dibuang oleh awak kapal yang berusaha menyelundupkannya ke Aceh saat kepergok dengan patroli Indonesia. Atau kemungkinan kedua, kapal yang membawa ban itu tenggelam sehingga muatannya tumpah ke laut dan akhirnya hanyut ke mana-mana. “Bisa jadi barang selundupan dari Malaysia,” lanjut Mujib.

Mujib menceritakan, ban yang dikumpulkan oleh nelayan ditampung oleh salah seorang pedagang pengumpul bernama Cecep (48), warga Sei Iyu. Cecep sendiri sudah mengumpulkan sedikitnya 125 buah ban sepeda motor merek Silver hasil pancingan nelayan. “Cecep membeli ban dari nelayan Rp 50.000/buah dan menjualnya kembali Rp 75.000/buah,” kata Mujib.

Soal pemasaran tampaknya tak terlalu masalah. Meski tidak kepada pedagang penampung, tak sedikit pula warga yang bersedia membelinya dari nelayan karena kualitas ban memang standar dan dinilai bagus.

Lain lagi penuturan M Ali, seorang warga lainnya dari Kecamatan Bendahara. Ali mengaku tergiur untuk berburu ban di perairan Sei Iyu, dan berhasil mendapatkan empat buah ban. “Saya gunakan untuk sepeda motor sendiri,” ujar Ali. Nah. Begitulah.

Sumber : Muhammad Nasir | Serambi Online