HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Kapolres Aceh Tamiang : Ban Hanyut Berasal dari Kapal Tenggelam

Serambi Online Ban sepeda motor (sepmor) yang hanyut dan banyak dipancing oleh nelayan di Kuala Termal, Desa Kuala Peunaga, Kecamatan Ben...

Serambi Online
Ban sepeda motor (sepmor) yang hanyut dan banyak dipancing oleh nelayan di Kuala Termal, Desa Kuala Peunaga, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang, ternyata berasal dari kapal yang tenggelam di perairan itu sekitar Desember 2010. Namun, pemiliknya tidak melaporkan kejadian kapal tenggelam itu ke Polres Aceh Tamiang.

Kapolres Aceh Tamiang, AKBP Drs Armia Fahmi didampingi Wakapolres, Kompol A Azas Siagian SH MH kepada Serambi, Kamis (9/6), mengatakan, pihaknya sudah memperoleh informasi bahwa kapal yang diduga mengangkut barang dari luar negeri itu tenggelam akhir tahun lalu, diduga akibat mesinnya meledak saat berlayar.

“Lokasi tenggelamnya sekitar 45 mil atau setara 80 kilometer  dari garis pantai Laut Tamiang,” sebut Kapolres. Meski kejadiannya lebih dari lima bulan lalu, lanjut Kapolres, tapi baru sekaranglah muatan kapal itu mulai mengapung di permukaan laut dan diketahui para nelayan. Sejak itu ramailah nelayan yang memburu ban sepmor baru tersebut. Cara untuk mendapatkannya, antara lain, adalah dengan memancing ban-ban dimaksud. Begitu terkena mata pancing, langsung ditarik ke boat ataupun perahu, baru dibawa ke darat.

“Biasanya muatan kapal ditutup rapat dengan terpal dan diikat lagi. Mungkin setelah sekian lama terpalnya terendam air asin akibat kapal tenggelam, lalu robek dan terbuka, sehingga ban-ban yang ikut tenggelam bersama kapal itu, berangsur-angsur terapung. Itulah yang kini ramai diburu warga,” tambah Wakapolres.

Meski demikian, pihak kepolisian tetap melakukan pendataan. Tapi, menurut Wakapolres, warga yang mendapatkan ban hanyut tersebut tidak masalah, juga tidak akan dituntut, karena yang mereka peroleh merupakan barang temuan di laut.

Wakapolres Kompol A Azas Siagian SH MH  didampingi Kabag Ops AKP Nono Supriyanto, AKP Alwin Andiyan SH MH, dan Kapolsek Bendahara, AKP Usman kemarin melihat ban-ban sepmor yang berasal dari kapal tenggelam itu di rumah seorang pedagang dalam Kecamatan Bendahara.  Menurut sang pedagang, ban-ban tersebut dipancing oleh nelayan dan dijual Rp 50 ribu kepada pedagang. Kemudian barulah dijual lagi kepada warga seharga Rp 60 ribu.

Sebagaimana diberitakan Serambi kemarin, nelayan yang biasanya disibukkan oleh aktivitas menangkap ikan, tiba-tiba beralih perhatian menjadi pemancing ban sepmor di laut.

Memancing ban, meski kedengarannya tak lazim, tetapi itulah yang sedang dilakoni mayoritas nelayan di Sei Iyu, Kecamatan Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang, sejak sepekan terakhir. Yang dipancing bukan ban palsu ataupun ban bekas, melainkan ban benaran yang tiba-tiba mengapung dan memenuhi perairan Kermak, di depan Kuala Peunaga, Aceh Tamiang.

Ban yang dipancing beramai-ramai oleh warga pesisir Tamiang itu adalah ban sepmor bermerek Silver. Belum jelas dari mana asal-usulnya, tapi sudah pasti ban itu produksi luar negeri.

Menariknya, sudah ada sejumlah pedagang penampung yang berani membeli “hasil baru dari laut” itu seharga Rp 50.000/ban.  “Sekarang kami lebih tertarik memancing ban ketimbang mencari ikan. Penghasilan memnacing ban ternyata lebih besar,” banding Mujib (42), warga Kecamatan Bendahara.

Cuma masalahnya, ikan dipancing takkan habis, tapi ban hanyut itu pada saatnya pastilah berakhir. Menurut Mujib, ban yang dikumpulkan para nelayan itu ditampung oleh seorang pedagang pengumpul bernama Cecep (48), warga Sei Iyu. Cecep sudah mengoleksi sekitar 125 buah ban sepmor merek Silver hasil pancingan nelayan. “Cecep membeli ban dari nelayan Rp 50.000/buah dan menjualnya kembali Rp 75.000/buah,” kata Mujib.

M Ali, warga lainnya dari Kecamatan Bendahara, mengaku tergiur berburu ban di perairan Sei Iyu. Ia berhasil mendapatkan empat ban yang mengapung. Tapi tidak ia jual. “Justru saya gunakan untuk sepeda motor sendiri,” ungkap M Ali. Nah, begitulah faktanya.


Sumber : Muhammad Nasir | Serambi Online